Notification

×

Iklan ok

Toleransi Antar Etnis

Jumat, 24 Desember 2021 | 21.26 WIB Last Updated 2021-12-24T16:54:20Z

Dok.foto Penulis  : Salmiza


GEMARNEWS.COM , Negara Indonesia terkenal dengan negara berkerukunan. Sangat wajar jika kita lihat kerukunan warga negara Indonesia. Bisa kita lihat di mana saja, termasuk salah satu di Aceh. Provinsi aceh  yang terletak di wilayang ujung paling barat di Indonesia yang menerapkan hukuM syariat Islam yang begitu ketat.


Kerukunan masyarakat di Aceh yang sangat erat kita lihat saat ini yaitu kota Madya Banda Aceh, khususnya Desa (Gampong) Peunayong. Daerah tersebut terkenal kawasan yang peduli terhadap sesama umat, baik agama Islam, Hindu, Budha, Katolik, Protestan dan lainnya. Maka dari itu bisa merupakan salah satu Gampong sabagai percontohhan dalam kerukunan antar sesama masyarakat.


Sharing singkat besama bapak Yuswas Pada hari Senin, 18 Oktober 2021 bersama team GR Prodauction. Bagaimana aktivitas keagamaan Budha Tionghoa di kota Banda Aceh, khususnya Gampong Peunayong. Yok kita simak sama-sama perbincangan kami dengan tokoh Agama Buddha Tionghoa/ketua Yayasan Vihara Dharma Bhakti Gampong Peunayong, Kota Banda Aceh.


Bagaimana awal cerita berdirinya Vihara Dharma Bhakti ini di Aceh,,?


Sebenarnya Vihara Dharma Bhakti dulu lebih terkenal yang namanya Tapekong. Viara Dharma Bhakti sudah ada dari tahun 1878 di gampong (Desa) Patai Cermin Ule lee dekat  pelabuhan sekarang, dulu Viara Dharma Bhakti masih berbentuk benteng pada masa itu  dan pada sekitar tahun 1878 kami masih membentuk komunitas Tionghoa yang datang dari Tiongkok ke Aceh dan kebanyakan tinggal di daerah pesisir pantai Ule Lheu pada masa itu. Pendatang/perantau pada masa itu mencari pendaratan kapal sehingga mereka mendarat di  daerah Pantai Cermin buktinya banyak terdapat kuburan2 Tionghoa di sana. Kemudia pada tahun 1936 Viara Dharma Bhakti pindah di jalan Panglima Pholem, Peunayong, Kota Banda Aceh.


Zaman dulu Viara ini bukan seperti yang kita lihat sekarang, akan tepi hanyah sebuah tempat singgah orang Hokkian. Jadi suku Hokkian yang datang dari Tiongkok ke Aceh pada masa itu belum ada saudara atau tempat tinggal jadi sementara singgahlah di Viara Dharma Bhakti saat ini maka di sebut Rumah  Singgah.


Bagaimana dengan lingkungan masyarakat  saat  umat Bhudda melakukan Ibadah, apakah ada dipermasalahkan,,?


Hubungan kami dengan lingkungan sangat baik bahkan sangat erat dengan masyarakat dari dulu sampai sekarang. Bahkan kami di undang pada acara pesta/kenduri kematian dan acara keagamaan orang muslim seperti Maulid Nabi dan sebagainya dan kami tidak menolak   untuk menghadiri pada acara tersebut, begitu juga sebaliknya kami juga mengundang tetangga-tetangga pada acara kami, seperti acara tahun baru Imlek misalnya, kami beribadah, membuat kegiatan. Banyak  juga warga sekitar yang muslim ikut datang ke Viara. Akan tetapi mereka datang hanya menyaksikan dan ingin tahu bagaimana kami beribadah dan bagaimana kami merayakan hari raya. Nah itu merupakan penghormatan terbesar bagi kami dari umat Bhudda


Cukup menarik pak yaa, lalu bagaimana warga non muslim dalam menanggapi kanun jinayah yang di perbelakukan saat ini di aceh?


Sepengetahunan saya belum pernah  umat non muslim yang terganggu oleh hukum/kanun yang di perlakukan di Aceh saat ini. Memang sebenarnya aturan hukum jinayat itu berlaku juga untuk umat non muslim, akan tetapi umat non muslim  bisa memilih hukuman dengan hukum KUHP atau dengan hukum jinayat dan hukum jinayat ini untuk umat non muslim tidak untuk di paksa. Karena semua yang melanggar bisa memilih dihukum dengan cara apa, baik hukum KUHP maupun Jinayat.


Kami team GR Productin melihat bahwa Aceh Negeri Syariat dan Aceh sangat bertoleransi bisa kita liat sendiri di Kota Banda Aceh terdapat beberapa  rumah ibadah dengan keberagaman yang berbeda-beda.meskipun Aceh manyoritas muslin yang kita lihat Mesjid ada dimana-mana tapi di aceh juga terdapat beberapa Gereja, bebrapa Viara dan juga Kuil. Kehidupan masyarakat telihat hidup dengan rukun damai dan saling berdampingan satu sama lain meskipun memiliki perbedaan keyakinan yang di anutnya.


Kami  team GR Production, Teuku Salmiza berterimakasih kepada pak Yuswar yang telah meluangkan waktunya dengan kami untuk wawancara sekalian mebuat vidio singkat.


Kami yakin lewat vidio dan tulisan kami ini  aceh akan menjadi  wadah percontohan yang harus di ikuti oleh generasi-generasi akan muda, karena aceh ini sangat bertoleransi dan rukun antar sesama umat,


Jangan lupa lihat vidio di youtube Labpsa.TV []

×
Berita Terbaru Update