Notification

×

Iklan ok

Energi "Bumi"

Jumat, 20 Januari 2023 | 07.49 WIB Last Updated 2023-01-20T00:49:47Z
Oleh : Dr. Sri Suyanta Harsa
Kepala BPM Unmuha



Gemarnews.com, Muhasabah - Saudaraku, seperti yang sudah disampaikan dalam muhasabah yang baru lalu bahwa keberadaan langit dan bumi serta apapun yang terjadi pada keduanya terdapat tanda-tanda kebesaran Allah. Begitulah di antara ibrah surat Ali Imran 190-191.

Allah berfirman yang artinya Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka."

Dalam konteks ini, kita akan sedikit mentadaburi tentang energi "bumi". Tentu, lain langit lain pula bumi, maka energinya juga berbeda. Bila langit sebagai simbol "kelelakian atau kebapakan" yang menurunkan "sinar mentari" dan mencurahkan "hujan", maka bumi adalah simbol "keperempuanan atau keibuan" yang cerdas menyimpan, menumbuhkan, menyuburkan, mengembangbiakkan, membesarkan, bahkan kemandirian. Di samping sebagai pusat semesta, para cerdik pandai juga menyatakan sebagai prinsip gaia bahwa bumi merupakan organisme tunggal yang mampu mengatur dirinya sendiri. 

Di samping itu karena letaknya di bawah, maka bumi sejatinya juga mengajarkan kerendahhatian, kebersahajaan, keikhlasan dan ketundukan pada Ilahi Rabby.  

Tetapi ada satu hal yang musti diwaspadai yakni pada tarikannya, sehingga kita mengenal adanya gravitasi bumi yang mengimbangi adanya gravitasi langit.

Refleksinya bahwa dalam diri kita, di samping terdapat unsur ruhaniyah, juga memiliki unsur jasadiyah. Bila unsur ruhaniyah karena berasal dari Allah, ia melambangkan ketinggian dan keserbamuliaan, maka unsur jasadiyah karena berasal dari tanah atau materi lainnya, ia bisa melambangkan kerendahan, kehinaan. Dari sinilah kita mengerti, di samping berpotensi tinggi dan mulia, manusia juga berpotensi terjerembab ke asfala safilin yang rendah dan hina, bahkan melebihi binatang ternak (baca QS al-A'raf 179). 

Manusia bisa rendah atau terjerembab menjadi hina kalau materialistik, tarikan ke bawah kuat atau gravitasi bumi lebih dominan. Tetapi manusia juga bisa tinggi nan mulia, bila tarikan ke atas atau gravitasi langitnya lebih atau sangat kuat."

Bila dalam diri manusia ada akal di kepala, hati di dada, dan syahwat perut juga seksual, maka orang-orang yang menuruti syahwat perut dan seksual tanpa kontrol akal dan dipandu hati, maka ia bisa terjerembab atau tersungkur, terjun bebas ke tanah. 

Dan sebaliknya bila dalam kehidupan di dunia, bisa memenuhi hatinya dengan iman, akalnya dengan ilmu pengetahuan dan beramal shalih, maka akan diangkat derajatnya oleh Allah. Allah berfirman yang artinya Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Qs. Al-Mujadalah 11)

Nah, energi mana yang memengaruhi diri kita, tentu sangat bergantung pada ikhtiar dan garisan tangan yang tersedia. Semoga kita dianugrahi hati yang condong pada kebaikan. Aamiin ya Mujib al-Sailin
×
Berita Terbaru Update