Notification

×

Dari Gampong Lamie ke Gelar Doktor: Perjalanan Inspiratif Dosen Aceh

Jumat, 30 Mei 2025 | 18.42 WIB Last Updated 2025-05-30T11:42:13Z

   Dok.Foto Penulis : Dr.Muis , S.Pd.M.Si


GEMARNEWS.COM, ARTIKEL - "Dari Kebun Karet Menuju Podium Akademik: Muis, Anak Petani yang Tak Pernah Menyerah pada Mimpi"
Di tengah sunyinya perkebunan karet di Desa Lamie, Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya, seorang anak lelaki kecil menyusuri jalan tanah yang licin setiap pagi. Namanya Muis, 
anak keenam dari tujuh bersaudara, lahir dari keluarga sederhana yang menggantungkan hidup pada hasil getah karet.


Ayahnya, Tgk. Burhanuddin, adalah seorang petani karet yang hidup bersahaja. Setiap subuh, sang ayah menyadap pohon demi pohon, berharap tetesan getah cukup untuk membeli beras hari itu. 

Ibunya, Almarhumah Zainal, mengajari mereka untuk bersyukur, meski hanya dengan nasi dan garam. Di rumah kecil berdinding papan itu, tak ada perpustakaan, tak ada rak buku hanya semangat dan doa yang menjadi warisan paling berharga.

Di Antara Getah Karet dan Buku Tua
Muis kecil tak punya meja belajar, hanya lantai dingin yang menemaninya menulis dan membaca. 

Ia harus mengulang kelas 1 dan 3 SD karena keterbatasan kemampuan saat itu, menjadikan masa SD-nya 8 tahun penuh perjuangan. 

Di saat teman-temannya mulai melangkah ke SMP, ia masih duduk di bangku sekolah dasar.

Namun Muis tak menyerah. Setiap kali melihat ayahnya pulang dari kebun dengan tubuh penuh lumpur, ia berjanji: “Saya harus keluar dari rantai kemiskinan ini.

Saya harus jadi orang yang bisa bantu banyak orang, terutama keluarga saya.”
Ia melanjutkan ke SMP tahun 2003, lalu ke Madrasah Aliyah pada 2006, dan kuliah S-1 pada 2009. 

Tak ada beasiswa kala itu. Muis bekerja serabutan jadi guru honorer, membantu di warung, bahkan pernah jadi tukang fotokopi semua demi membiayai kuliahnya.

Gagal, Ditolak, Tapi Tak Pernah Berhenti

Setelah meraih gelar Magister pada tahun 2016, Muis memupuk mimpi yang lebih tinggi: menjadi seorang doktor. Tapi mimpi itu tak mudah dicapai dan pada tahun 2019 dengan segala keberanian, Muis mulai berburu beasiswa S-3 dengan tanpa beasiswa, mimpi itu hanya akan tinggal angan. 

Muis mencoba nasib untuk mendaftar beasiswa BPPDN Kemenristekdikti namun gagal, tapi semangat pendidikan dia tidak berputus asa, dia mencoba beasiswa Aceh Carong untuk dosen dari Pemerintah Aceh namun hasilnya gagal juga. 

Tak menyerah, ia mencoba beasiswa BAZNAS pada tahun 2020 dan hasilnyapun gagal lagi, dengan jiwa petarung yang tinggi Muis kembali mencoba Aceh Carong jalur umum hasilnya tetap sama.

Bagi Muis, setiap penolakan adalah tamparan tapi bukan akhir, ia tetap mengajar, tetap menulis, tetap berdoa, dan terus memupuk harapan meski sering merasa tidak cukup pintar, tidak cukup beruntung, atau tidak cukup dikenal, ia percaya bahwa usaha tidak akan mengkhianati hasil sehingga Muis kembali bertarung nasib dengan mendaftar Beassiwa Pendidikan Indonesia (BPI) pada tahun 2021. 

Tahun 2021 menjadi titik balik saat harapan mulai memudar, namanya diumumkan lulus Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI), salah satu beasiswa bergengsi yang diselenggarakan oleh Kemendikbudristek dari ribuan pelamar se-Indonesia, Muis terpilih sebagai salah satu penerima. Ia diterima di Program Doktor Ilmu Administrasi Publik, Universitas Negeri Makassar, Sulawesi Selatan sebuah perjalanan lintas pulau yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

Setiap penolakan terasa seperti duri yang menusuk impiannya, berkali-kali, ia merasa tak cukup pantas. Tapi ia selalu ingat ayahnya yang tak pernah mengeluh, meski harus bekerja di bawah hujan dan panas untuk menyekolahkan anak-anaknya. 

“Saya menangis, tapi tidak menyerah. Saya kecewa, tapi tidak berhenti. Saya tahu, Tuhan sedang menyiapkan waktu yang tepat.”

Dari Gagal ke Gemilang

Tahun 2021 menjadi tahun keajaiban dari ribuan pelamar beasiswa nasional, nama Muis muncul sebagai salah satu penerima Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI). Ia diterima di Program Doktor Ilmu Administrasi Publik Universitas Negeri Makassar, Sulawesi Selatan.

Tak ada pelukan ayah dan ibu saat keberangkatan itu—sang ibu telah tiada. Tapi ada pelukan istri tercinta, Ns. Ellyza Fazlylawati, M.Kep., Sp.KMB, dan senyum mungil sang putra, Azka Alfarizqi, yang menjadi semangat baru.

Di tanah rantau, Muis hidup sederhana. Biaya beasiswa cukup untuk kebutuhan pokok, tidak lebih. Ia menyelesaikan studi sambil merawat rindunya, sambil menahan lelah, sambil terus menanam harapan.

 Hingga akhirnya, gelar Doktor resmi ia raih.

Dari Gampong ke Panggung Ilmu
Gelar ini menjadikannya:
Orang pertama dari Desa Lamie yang menyandang gelar doktor.

Orang pertama dari Kabupaten Nagan Raya yang bergelar Doktor Ilmu Administrasi Publik.

Dosen pertama di Universitas Al Washliyah Darussalam Banda Aceh yang meraih gelar doktor di bidangnya.

Muis kini bukan hanya seorang pendidik, tapi simbol bahwa mimpi besar bisa lahir dari tanah berlumpur, dari rumah yang nyaris roboh, dari anak petani karet yang tak pernah menyerah pada nasib.

Pesan dari Muis untuk Dunia
“Saya hanyalah anak kampung biasa. Tapi saya percaya, anak petani pun bisa jadi doktor. Jika kamu punya mimpi, perjuangkan meski jalanmu berduri. Sebab Tuhan tidak buta pada usaha hamba-Nya.”

Cerita Muis adalah cermin perjuangan sejati dari akar rumput negeri ini. Ia bukan hanya sukses meraih gelar, tapi berhasil memecah mitos bahwa kemiskinan adalah akhir dari segalanya. Ia membuktikan: asal mau berjuang, dari kebun karet pun bisa sampai ke panggung akademik.

Kisah Dosen Aceh yang Jadi Orang Pertama Meraih Gelar DOKTOR di Desa
Perjalanan Inspiratif Seorang Dosen dari Nagan Raya Menuju Gelar Doktoral
Bermula dari sebuah desa kecil di Nagan Raya, Provinsi Aceh, perjalanan hidup seorang dosen Ilmu Administrasi Negara, yang kini dikenal sebagai sosok inspiratif,

penuh tantangan dan ketekunan. Orang pertama dari Gampong Lamie, Kecamatan Darul Makmur, Kabupaten Nagan Raya, yang berhasil menembus batasan pendidikan tinggi dan meraih gelar Doktor dalam bidang Ilmu Administrasi Publik.

Sebuah prestasi yang tak hanya mengubah hidupnya, tetapi juga memberi dampak positif bagi dunia pendidikan di sekitarnya.
Menghadapi Rintangan Sejak Dini
Lahir dan besar di Gampong Lamie, perjalanan pendidikan sang dosen dimulai dengan penuh perjuangan. Pada usia 8 tahun, karena keterbatasan akses pendidikan dan ilmu pengetahuan, ia harus melalui perjalanan tak biasa di bangku sekolah dasar. Bahkan, di kelas 1 dan 3, ia harus mengulang dua tahun berturut-turut.

Meskipun demikian, semangatnya untuk terus belajar tidak pernah padam. Ia akhirnya menyelesaikan pendidikan sekolah dasar dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

Pendidikan S-1 yang ditempuhnya juga tidak berjalan mulus. 

Menghabiskan waktu lima tahun untuk menyelesaikan program Sarjana, perjuangan demi perjuangan ia lalui dengan tekad yang kuat. Tetapi, ia tidak berhenti hanya sampai di situ. Keinginan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi semakin besar.

Mencari Beasiswa S-3: Tekad yang Tak Pernah Padam

Perjalanan untuk mendapatkan beasiswa S-3 dimulai pada tahun 2019. Meskipun berusaha keras untuk mendapatkan beasiswa melalui beberapa jalur, kenyataannya tidak mudah. 

Beberapa kali mencoba peruntungan melalui beasiswa Kemenristekdikti dan Pemerintah Aceh, ia tidak berhasil. Bahkan pada tahun 2020, upaya untuk mendapatkan beasiswa dari BAZNAS dan Pemerintah Aceh pun gagal. 

Namun, kegagalan-kegagalan tersebut tidak membuatnya patah semangat.
Kemenangan yang Tertunda, Namun Terwujud
Pada tahun 2021, segala perjuangan dan doa yang dipanjatkan akhirnya membuahkan hasil. 

Berkat kesabaran dan kerja keras yang tak kenal lelah, ia berhasil memperoleh beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) untuk melanjutkan studi S-3 di Universitas Negeri Makassar, dalam Program Pascasarjana Ilmu Administrasi Publik. 

Sebuah pencapaian yang sangat membanggakan, tidak hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi keluarga dan kampung halamannya.

Prestasi yang Membanggakan
Pada tahun 2021, setelah melewati berbagai rintangan dan tantangan, akhirnya ia resmi mendapatkan gelar Doktor dalam bidang Ilmu Administrasi Publik. Ia pun menjadi orang pertama dari Gampong Lamie yang meraih gelar akademik tertinggi ini, serta orang pertama dari Kabupaten Nagan Raya yang memperoleh gelar Doktor dalam bidang Ilmu Administrasi Publik. 

Pencapaian ini menjadi kebanggaan tak hanya bagi keluarganya, tetapi juga bagi masyarakat Aceh, khususnya di Nagan Raya. 

Lebih luar biasa lagi, ia juga menjadi dosen pertama yang berhasil meraih gelar Doktor di Universitas Al Washliyah Darussalam Banda Aceh, yang juga merupakan tempat ia mengabdi sebagai pengajar Ilmu Administrasi Negara hingga saat ini.

Perjalanan akademik dan profesionalnya yang penuh liku-liku ini tentu menjadi contoh yang menginspirasi bagi generasi muda, khususnya di daerah terpencil, untuk tidak pernah menyerah dalam mengejar pendidikan.


Membuka Jalan Baru untuk Pendidikan di Desa

Menjadi sosok yang mengukir prestasi di tingkat desa, ia kini tidak hanya menjadi pendidik yang dihormati, tetapi juga seorang motivator bagi anak-anak muda di Aceh untuk menggapai cita-cita mereka.

Sebagai seorang dosen di dua universitas ternama di Aceh, Universitas Al Washliyah Darussalam Banda Aceh dan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, ia berkomitmen untuk terus memberikan ilmu dan membangun generasi penerus yang berkualitas.

Cerita hidupnya membuktikan bahwa dengan tekad yang kuat, kegigihan, dan semangat pantang menyerah, segala rintangan dalam pendidikan bisa dihadapi dan dilalui. Dari desa kecil di Aceh hingga menjadi seorang doktor, perjalanan hidupnya adalah kisah tentang ketekunan, pengorbanan, dan keyakinan bahwa pendidikan adalah kunci untuk membuka dunia yang lebih luas.

Pesan untuk Generasi Muda
"Jangan pernah menyerah dalam belajar. Walaupun jalan terasa terjal, dan kegagalan datang bertubi-tubi, percayalah bahwa setiap usaha yang tulus akan membuahkan hasil yang manis,"


Kisah hidupnya adalah pengingat bahwa pendidikan adalah jalan untuk perubahan, dan perubahan itu dimulai dari diri kita sendiri.

Penulis : Dr.Muis, S.Pd. M.Si
Dosen Ilmu Administrasi : Universitas Al Washliyah Darussalam Banda Aceh 

Gemar Sport

Artikel Pilihan

×
Berita Terbaru Update