Notification

×

Iklan ok

Melihat dari Sudut Pandang Filsafat Epistimologi dan Logika terkait Sejarah dan Kisah Gua Tujuh yang Dipercaya Bisa Tembus ke Mekkah

Rabu, 26 Mei 2021 | 19.39 WIB Last Updated 2021-05-26T12:39:50Z

Oleh : Yolla Okta Zalvia
Jurusan Ilmu Pemerintahan
Universitas Syiah Kuala

Gemarnews.com, Opini - Aceh merupakan salah satu provinsi yang menyimpan banyak hal menarik, salah satunya ada di Kabuptaen Pidie. Ada kisah menarik dari sebuah gua yang sering dikunjungi oleh wisatawan, yaitu “Gua Tujuh”. 

Pada awalnya gua ini dinamakan “Gua Leumo Meureugoh” atau sapi besar. Penamaan ini dikarenakan didepan pintu masuk gua terdapat sebuah batu besar yang berbentuk sapi. 

Gua ini terletak di Desa Cot Laweung, Kecamatan Muara Tiga dan gua tersebut diyakini mampu tembus ke Mekkah. Setelah konflik Aceh Tahun 2005, Gua Tujuh ini semakin ramai dikunjungi wisatawan, banyak wisatawan yang datang untuk melihat keadaan dari gua sekaligus juga untuk menelusuri Gua Tujuh tersebut.

Gua yang terletak di pedalaman ini mempunyai tujuh pintu masuk utama, walaupun terdapat tujuh pintu, namun tidak semua terowongan tersebut bisa dikunjungi, karena ada beberapa pintu yang sudah tertutupi oleh batu-batu besar sehingga wisatawan yang mau memasuki jalur itu harus merayap hingga 3 meter. 

Dan diyakini salah satu dari ketujuh pintu tersebut dapat tembus ke Mekkah, walaupun hingga saat ini belum ada yang mampu membuktikan kisah misteri atau kepercayaan warga sekitar. 

Kepercayaan terkait dengan gua ini bisa tembus ke Mekkah merupakan kepercayaan turun temuran dari masyrakat sehingga membuat para wisatawan tertarik untuk mendatangi Gua Tujuh tersebut.

Wisatawan yang datang akan disambut oleh pemandu yang merupakan masyrakat setempat agar mudah wisatawan berkeliling menelusuri gua. 

Para wisatawan yang penasaran akan cerita bahwa gua tersebut mampu tembus ke Mekkah, maka mereka turun ke bawah tanah dan terus berjalan mengikuti jalur dari dalam gua tersebut, namun diyakini sampai sekarang belum ada wisatawan yang mampu menelusuri titik akhir Gua Tujuh, karena faktanya gua tersebut begitu panjang sehingga wisatawan tidak sanggup mencari titik ujung dari Gua Tujuh.

Fakta unik lainnya dari Gua Tujuh ini adalah jalur masuknya bukanlah horizontal melainkan vertikal. Untuk memasuki Gua Tujuh, wisatawan harus turun dengan tangga kayu setinggi 10 meter agar bisa menuju ke bawah tanah. Gua ini juga tampak gelap, karena cahaya terhalang oleh batu-batu besar.

Jadi, untuk memasuki Gua Tujuh, wisatawan harus memakai senter atau alat penerang lainnya agar mudah untuk menelusuri isi dalam dari gua.

Konon katanya, Gua Tujuh merupakan gua yang dijadikan tempat bertapanya para aulia dan ulama pada jaman dulu serta dipercaya bahwa Gua Tujuh merupakan tempat keramat. 

Sekarang, Gua Tujuh ini juga dijadikan tempat bertapa masyarakat, baik dari Aceh maupun luar Aceh. Masyarakat setempat meyakini bahwa gua ini merupakan akses jalan yang digunakan para ulama untuk melakukan ibadah haji ke Mekkah. 

Banyak asumsi warga sekitar yang menyatakan bahwa didalam gua tersebut terdapat harta kekayaan berupa emas dari zamar kerajaan dahulu. 
     
Hal unik lainnya yang ada dalam Gua Tujuh ini adalah, diatas atap gua terdapat tulisan ‘Bimillah’ yang diyakini bukanlah ukiran dari tangan manusia, melainkan sudah ada dari zaman dahulu di bebatuan atap gua. 

Lafaz Bismillah tersebut mengeluarkan tetesan air yang juga dipercaya mampu dijadikan obat dan dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. 

Selain adanya batu berlafaz Bismillah, terdapat juga beberapa batu unik yang menyerupai pasangan pengantin, pelaminan, berbentuk burung, batu gantung, batu berbentuk ranjang tempat tidur dan elang bersujud. 

Dan batu-batu unik tersebut terletak ditempat yang terpisah, artinya antara batu yang satu berjarak dengan batu unik lainnya.

Batu gantung atau batu anti gravitasi ini membuat penasaran wisatawan karena ini merupakan fenomena alam yang langka. 

Batu gantung tersebut berukuran sekitar 2 x 1,5 meter dan warnanya putih kecoklatan. 

Menurut informasi yang ada, awalnya batu gantung itu hanya berukurang sebesar guci, namun lama kelamaan batu tersebut semakin membesar hingga menutupi lorong untuk mengakses Gua Tujuh tersebut.

Gua Tujuh memiliki tujuh lantai, namun wisatawan yang berkunjung hanya bisa turun sampai laintai dua. 

Pada lantai pertama terdapat pintu gerbang besar untuk mengakses masuk kedalam gua dan terdapat pintu gerbang untuk turun ke laintai dua nya. Di lantai dua gua terdapat kelelawar yang banyak dan berterbangan diatas atap gua.

​Disekitaran Gua Tujuh juga terdapat beberapa gua-gua kecil yaitu Gua Mie ( gua kucing), Gua Rimueng ( gua harimau) dan Gua Uleu ( gua ular), tapi gua-gua kecil ini tidak dapat di akses oleh wisatawan yang datang.

​Sejarah tentang Gua Tujuh merupakan sejarah mistis yang artinya pengetahuan ini diperoleh bukan dari indera atau rasio. Karena ini merupakan kisah turun temurun adanya. 

Jika dilihat dari cabang Filsafat Epistimplogi yang didalamnya termasuk tentang kebenaran pengetahuan, maka Gua Tujuh ini benar adanya, dengan fakta-fakta unik yang ada seperti bentuk batu yang menyerupai berbagai hal dan terdapat batu gantung yang justru itu mustahil ada karena sama sekali tidak ada alat penopang dibawahnya. 

Dilihat dari kebenaran ilmiah yang artinya dapat memenuhi syarat-syarat ilmiah seperti adanya teori yang menunjang dan sesuai dengan bukti. 

Bukti nyata yang dapat kita lihat adalah keberadaan Gua Tujuh, struktur dan kebenaran tentang Gua Tujuh merupakan tempat keramat.

​Namun jika dilihat dari sudut pandang cabang Filsafat Logika, Logika merupakan ilmu yang berpikir benar dan rasional. Kita ketahui pada zaman yang semakin canggih ini banyak orang yang tidak percaya dengan hal gaib dan mistis, apalagi hingga sekarang belum terbukti bahwa salah satu pintu dari Gua Tujuh dapat tembus ke Mekkah.

​Pada kesimpulannya bahwa kita manusia memiliki hak dalam berpikir. Setiap kita boleh percaya atau tidak, karena kita mempunyai pemikiran masing-masing dalam menganalisis sesuatu. 

Saya sendiri melihat dari sudut pandang yang berbeda yaitu Filsafat Epistimologi dan Filsafat Logika. (*)
×
Berita Terbaru Update