Notification

×

Iklan ok

JANGAN LUPA BAHAGIA

Senin, 19 Juli 2021 | 23.41 WIB Last Updated 2021-07-19T16:41:40Z

Oleh : Muslim Khadri, S.STP, M.SM 
Komisioner KIA

Gemarnews.com - Merenungi firman Allah SWT dalam Al-qur’an yang artinya “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu dari (kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi, dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah berbuat kerusakan di muka bumi.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al Qashash: 77).
Manusia terlahir kedunia tunggal tanpa membawa perlengkapan dalam keaadaan telanjang, hanya suara tangisan yang besar sebagai petanda bahagia orang yang menyaksikannya, terlahir atas perasaan bahagia orang tuanya sehingga rasa sakit mengandung dan melahirkan hilang ditubuh sang ibu, rasa was-was yang tak karuan sang ayah dari bulan pertama hingga bulan ke sembilan sampai seorang anak hadir kedunia menyaksikan cerahnya dunia sebagai tempat untuk menggapai rasa bahagia didunia dan kebahagiaan di akhirat.


Atas dasar rasa bahagia itulah manusia tumbuh dan berkembangan dibumi sesuai qudrah dan iradah dari Allah SWT. Terlahir dengan latar belakang apapun orang tuanya, manusia itu pada prinsipnya adalah makhluk yang paling bisa merasakan kebahagiaan. 


Dikarenakan Bahagia itu adalah sebuah rasa, rasa itu terkadang ada namun terkadang hilang. Hal ini disebabkan oleh hormon istilah kesehatan, hormon adalah bahan kimia yang diproduksi oleh berbagai kelenjar diseluruh tubuh yang bertindak sebagai pembawa pesan. Senyawa kimia ini disebut sebagai neurotransmiter, tubuh manusia diberkahi kemampuan untuk memproduksi senyawa kimia yang dapat meningkatkan rasa bahagia. 


Setidaknya ada empat jenis hormon yang selalu dikaitkan dengan ‘perasaan bahagia’ seseorang, yakni dopamin, oksitosin, serotonin dan endorfin. Keempat hormon ini memiliki fungsi berbeda namun keempatnya berkontribusi meningkatkan mood. 


Namun bukan itu saja yang menjadi dasar manusia itu bisa merasakan bahagia. Sejak manusia tumbuh menjadi balita, berkembang menjadi anak-anak, tumbuh menjadi remaja hingga menjadi dewasa di dominasi oleh rasa bahagia, manusia ini berinteraksi dengan lingkungan sosial, apakah itu di lingkungan rumah tempat tinggal, lingkungan tempat menuntut ilmu, lingkungan bermain, lingkungan ibadah, lingkungan pertemanan, lingkungan keluarga, lingkungan pekerjaan semua adalah tempat yang mendukung sesorang merasa bahagia. 


Tidak mungkin seseorang akan tinggal bersama lingkungan yang tidak membuat hidupnya bahagia, begitu juga lingkungan lainnya pasati tujuannya semua adalah membuat dirinya bahagia.


Setiap orang merasakan kebahagiaan itu namun ianya tidak mampu menjelaskan pengertian kebahagiaan itu karena setiap orang punya persepsi dan opini yang berbeda pada setiap rasa bahagia, kelebihan dan kekuarangan atas rasa bahagia itu pada setiap orang pasti berbeda beda. 


Rasa bahagia yang dirasakan oleh seseorang bukan oleh sebab sesuatu yang telah dia dapatkan. Bukan faktor materi yang menjadikan seseorang itu bahagia, bukan karena banyak uang, punya jabatan, harta melimpah, bukan karena ilmu tinggi, bukan karena sesorang ahli ibadah. 


Faktor Pertama sesorang bisa merasakan bahagia dikarenakan ia bisa bersyukur kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman yang artinya :
“Wahai Rabbku berilah aku kekuatan untuk bersyukur, sehingga aku dapat mensyukuri seluruh nikmat yang telah engkau karuniakan kepadaku dan kedua orangtuaku, sehingga aku bisa selalu beramal sholeh.” (QS. Al-Ahqaf:15).


tampak kepada kita bahwa syukur tidaklah sesederhana yang dibayangkan dan dipraktekkan oleh sebagian orang. Kesadaran diri manusia dalam memahami kedudukan dirinya sebagai hamba yang tidak memiliki apa apa terlahir kedunia sebagai makhluk, Mereka harus sadar bahwa tanpa pertolongan Allah SWT, semua itu tidak mungkin dapat mereka lakukan dengan baik dan benar. Sungguh atas kerahman dan rahimNya Allah SWT kepada apa yang telah diciptakannya, maka perlu manusia sadari sungguh Tiada daya dan tiada kekuatan kecuali hanya pada Allah yang maha Tinggi dan Maha Agung.

Segala apa yang diciptakan Allah SWT di dunia ini adalah untuk menjadi alat bagi manusia untuk mencapai kebahagiannya.
Karena sungguh segala sesuatu yang Allah SWT ciptakan sangat memberi manfaat bagi kehidupan mahkluk di bumi. 


Allah SWT berfirman dalam Al-qur’an "Ya Tuhan kami, sungguh tidak ada yang sia-sia  apa yang telah engkau ciptakan. (QS Ali Imran [3]: 191).


Allah SWT menjanjikan, amalan syukur disertai iman adalah penghalang turunnya siksa Allah di muka bumi ini. Sebuah bangsa tidak akan mengalami krisis atau kesulitan jika mereka beriman dan bersyukur. Tidaklah Allah akan menyiksamu jika kamu bersyukur dan beriman (QS  an-Nisaa: 147). 


Dia pun akan terus menambah kenikmatan itu jika kita pandai mensyukuri nikmat yang sudah diberikan-Nya (QS Ibrahim: 7). Sayangnya, sedikit sekali dari kita, hamba-hamba Allah, yang pandai bersyukur (QS Saba: 13), sehingga kesusahan kerap menimpa kita.


Itulah penyebab kenapa sebahagian manusia tidak dapat merasakan nikmat Kebahagiaan. Allah SWT tegaskan dalam surat  Ibrahim, ayat 7: Artinya: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”


Faktor Kedua, kunci untuk selalu merasakan kebahagiaan dalam hidup ini adalah ikhlas. Sama halnya dengan syukur, Ikhlas adalah suatu sikap yang terlihat mudah diucapkan, namun banyak orang yang kesulitan menerapkannya dalam kehidupan. 


Ikhlas adalah suatu sikap yang menjadikan niat hanya karena Allah SWT dalam melakukan amalan ketaatan. Jadi, amalan ketaatan tersebut dilakukan atas dasar seseorang telah mengenal dirinya dan Allah SWT sang khalid. 


Mewujudkan ikhlas bukan pekerjaan yang mudah seperti anggapan orang jahil. Para ulama yang telah meniti jalan kepada Allah telah menegaskan sulitnya ikhlas dan beratnya mewujudkan ikhlas di dalam hati, kecuali orang yang memang dimudahkan Allah SWT.


Membersihkan diri dari hawa nafsu yang tampak maupun yang tersembunyi, membersihkan niat dari nafsu duniawi, juga tidak mudah.

 
Memerlukan usaha yang maksimal, selalu memperhatikan celah masuk bagi setan ke dalam jiwa manusia. dikarenakan hati manusia selalu berbolak-balik. Setan selalu menggoda, menghiasi dan memberikan perasaan was-was ke dalam hati manusia, serta adanya dorongan hawa nafsu yang selalu menyuruh berbuat jelek. Oleh Karena itu kita diperintahkan berlindung dari godaan setan.


Sahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu pernah bertanya kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam: “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling bahagia dengan mendapatkan syafa’at engkau pada hari kiamat nanti?” Beliau menjawab: “Orang yang mengucapkan Laa Ilaha Illallah dengan ikhlas dari lubuk hatinya.” (HR. Al Bukhari)
beribadah kepada Allah karena atas kesadaran yang mendalam bahwa segala sesuatu yang ada adalah milik Allah dan hanya Allah-lah Tuhan yang sebenar-benarnya. Yang bisa membersihkan hamba dari pandangan terhadap amalnya ialah mempersaksikan karunia dan taufik Allah kepadanya, bahwa amal itu datang dari Allah dan bukan dari dirinya, kehendak Allahlah yang membuat amalnya ada dan bukan kehendak dirinya, sebagai-mana firman-Nya,
“Dan, kamu sekalian tidak dapat menghendaki kecuali apabila dikehendaki Allah, Rabb semesta alam.” (At-Takkwir: 29).


Di sini ada yang sangat bermanfaat baginya, yaitu kekuasaan Allah, bahwa dirinya hanyalah alat semata, perbuatannya hanyalah seperti gerakan pohon yang terkena hembusan angin, yang menggerakkannya selain dirinya, Kebaikan yang keluar dari jiwa itu hanya berasal dari Allah dan bukan yang berasal dari hamba. 


Semua kebaikan yang ada pada diri hamba semata karena karunia Allah, pemberian, kebaikan dan nikmat-Nya. Pandangan hamba terhadap amalnya yang hakiki ialah pandangannya terhadap sifat-sifat Allah yang berkaitan dengan penciptaan, yang semua semata karena pemberian Allah, karunia dan rahmat-Nya. 


Imam Al Ghazali pernah berkata: “Semua orang pasti akan binasa kecuali yang berilmu, orang yang berilmu akan binasa kecuali yang beramal, orang yang beramal binasa kecuali yang ikhlas.” Sungguh ikhlaslah yang kelak menjadi kekal atas apa yang dimiliki oleh manusia selama didunia. 


Salah satu ciri manusia ikhlas adalah Merasa bahagia jika mengetahui kesuksesan orang lain, karena pada hakekatnya nikmat yang diterima saudaranya adalah nikmat yang juga bisa dia rasakan dan bermanfaat untuk saudara seiman.


Seorang ibu sangat berbahagia ketika melahirkan seorang anak, begitu ikhlasnya sang ibu yang memberikan ASI, menjaga, merawat, dan mengasuh anak bayinya. Dia tidak mengharapkan imbalan apapun melainkan hanya ingin anak bayinya sehat, cerdas dan tumbuh berkembang menjadi manusia baik
Seorang hamba yang ikhlas akan merasakan ketentraman jiwa, ketenangan batin.


Karena ia tidak diperbudak oleh penantian untuk mendapatkan pujian, penghargaan, dan imbalan. Bagi seorang hamba yang ikhlas, ia tidak akan pernah mengharapkan apapun dari siapapun, karena kenikmatan baginya bukan dari mendapatkan, tapi dari apa yang bisa dipersembahkan.

Keikhlasan seorang hamba Allah dapat dilihat pula dari raut muka, tutur kata, serta gerak-gerik perilakunya. Kita akan merasa aman bergaul dengan orang yang ikhlas. Kita tidak curiga akan ditipu, kita tidak curiga akan dikecoh olehnya. Dia benar-benar bening dari berbuat rekayasa.


Setiap tumpahan kata-kata dan perilakunya tidak ada yang tersembunyi. Semua itu ia lakukan tanpa mengharap apapun dari orang yang dihadapinya, yang ia harapakan hanyalah memberikan yang terbaik untuk siapapun. Betapa bahagianya orang-orang ikhlas. 


Keikhlasan juga bisa menjadikan perbuatan biasa mengandung pahala dan menjadikan seseorang ditolong dari kesulitan.


Keikhlasan akan melahirkan kekuatan, Seorang hamba yang ikhlas akan memiliki kekuatan ruhiyah yang besar. Ia seakan-akan menjadi pancaran energi yang melimpah. Sungguh akan nikmat bila bergaul dengan seorang hamba yang ikhlas.
Setiap amal itu tergantung kepada niatnya. Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung dari niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).


Faktor Ketiga, sungguh orang yang bisa merasakan bahagia adalah orang orang yang sabar. Menurut sudut pandang agama Islam, kesabaran meliputi ketekunan, ketabahan hati, menahan nafsu, mengendalikan diri. "Dan ini merupakan salah satu ciri ketakwaan kepada Allah SWT. Sabar adalah pilar kebahagiaan seorang hamba. Dengan kesabaran itulah seorang hamba akan terjaga dari kemaksiatan, konsisten menjalankan ketaatan, dan tabah dalam menghadapi berbagai macam cobaan. Allah SWT berfirman dalam Al’Quran
“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu,  sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. ” (Al-Baqarah : 153).
Ali bin Abi Thalib mengatakan sabar adalah sebuah kendaraan yang ditumpangi oleh orang yang tidak akan pernah jatuh ataupun tersungkur. Artinya adalah orang yang selalu bersabar pasti akan beruntung dalam hidupnya. Pepatah arab mengatakan “man shabara zhafira”, yang artinya barang siapa yang bersabar, pasti akan beruntung.


Diuraikan pula bahwa terdapat empat macam sabar yang perlu diketahui. Keempat macam sabar ini mempunyai tingkatan tersendiri yang dapat menjadi tolok ukur sikap dari seseorang. Sabar kepada kewajiban-kewajiban Allah, yaitu sabar dalam menjalankan setiap perintah dan kewajiban dari Allah.

 
Sabar dari larangan Allah, yaitu sabar dalam berusaha menghindari setiap hal yang dilarang oleh Allah. Sabar terhadap musibah, yaitu sikap sabar dalam setiap menghadapi ujian hidup, terus semangat dan tidak mudah menyerah. Terakhir sabar terhadap apa saja yang boleh dilakukan yaitu sabar terhadap segala sesuatu yang boleh menurut syariah namun sabar tidak berlebih lebihan. Dari keempat macam sikap sabar tersebut, sabar terhadap musibah dikatakan sebagai sabar dengan tingkatan yang paling luhur.


“Jika Allah SWT mencintai seseorang maka Ia akan mengujinya. kalau orang itu sabar, maka Allah SWT akan menjadikannya orang mulia (mujtaba). Dan jika ia ridha (rela) maka Allah SWT akan menjadikannya sebagai orang pilihan yang istimewa (musthafa).”
dalam sebuah hadis, Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin. Semua perkara (yang menimpanya) adalah kebaikan baginya dan tidaklah hal ini terjadi kecuali hanya pada diri seorang mukmin. 


Jika dia mendapat kebahagiaan dia bersyukur maka hal ini adalah baik baginya. Dan jika tertimpa musibah dia bersabar maka itu juga baik baginya.” (HR. Muslim).


Jadi yakinlah manusia adalah makhluk yang paling bahagia di dunia dan di akhirat bilamana, manusia mampu berupaya untuk bersyukur atas rahmad dan karunia yang Allah SWT berikan dan ikhlas atas segala sesuatu yang Allah Kehendaki serta bersabar atas apa yang menimpanya rahmad maupun musibah.

 Tidak ada satu makhlukpun yang Allah SWT ciptakan tidak bermanfaat kepada makhluk yang lain karena hakikatnya Allah SWT menciptakan dan menjadikan sesuatu tidak ada yang sia-sia.


Artinya satu sama lain saling melengkapi sehingga setiap makhluk sadar kenapa mereka tercipta. Setiap makhluk yang telah Allah SWT ciptakan semua hanya untuk beribadah kepada Allah SWT tidak terkecuali, hanya saja manusia yang terkadang melampauin batas mengikuti hawa nafsunya, namun Allah SWT mengampuni dosa dosa si hamba jika ia bertaubat, kembali kepada kejalan yang benar dengan beribadah dan melaksankan apa yang diperintahkan serta menjauhi apa yang telah dilarang Allah SWT. Sungguh Agama adalah rahmatan lilalamin yang diturunkan melalui Nabi Muhammad SAW. Semoga diakhirat kelak mendapat syafaat dari Rasullullah SAW. Wallahualam Bissawab. 

Banda Aceh, Juni 2021
Penulis

×
Berita Terbaru Update