Gemarnews.com, Pidie Jaya - Perempuan yang akrab disapa Kak Nah (61) bersama Ilyas(70) sang suaminya, kerap menghabiskan sisa usianya dengan menjual Pisang Bakar dan Rujak Aceh di Simpang Kude Tringgadeng.
Hasanah adalah Anak Mendiang Adnan PMTOH, salah seorang penyair hikayat Aceh, yang dikenal dengan hikayat Malem Diwa, Cundang Duria, Kanca Mara yang pernah membumi di Aceh.
Ketika disapa, ia menuturkan kisah hidupnya penuh haru sejak ditinggal pergi Sang Maestro pada tahun 2006 silam.
Hasanah adalah anak pertama dari sebelas bersaudara. Semasa hidup Adnan PMTOH, pernah memimpikan kelak syair Aceh serupa ada pewarisnya di kemudian hari, namun kata Hasanah, tak seorang pun yang dapat menjiwai hikayat Adnan PMTOH.
Di bawah sebuah tempat sederhana beralaskan terpal, Hasanah sehari-hari menjual pisang bakar dengan cita rasa khas tradisional Aceh yang dicampuri manisan serta kelapa parut yang mesti dikukur dengan geulungku.
Adapun di samping itu, ia mengatakan bahwa Pisang Bakar miliknya terbuat dari Pisang canggang, pisang klatbarat, pisang abei lumak, pisang kleung yang dipesan khusus dari para mugeman yang didatangkan dari kebun-kebun warga sekitar.
Sehari-hari Kak Hasanah, dapat menjual Pisang bakar dalam jumlah porsi yang banyak dan tergantung kondisi.
"Kalau lagi musim hujan kadang tidak laku sama sekali, tapi kalau kondisi hari biasa, terkadang bisa mencapai lebih berkisar Rp.300.000 sampai Rp.400.000," katanya.
Pelanggan yang datang menikmati Pisang bakar racikannya, kebanyakan pendatang dari luar daerah dari Banda Aceh dan dari luar Aceh yang sudah mengetahui keberadaan adanya pisang bakar di daerah sekitar.
Ia sudah menggeluti pekerjaan itu sejak tahun 1972 ketika harga pisang bakar masih kisaran harga Rp.25, dan harga pisang masih Rp.15 /satu isi.
Selain bermanfaat bagi kesehatan, serta campuran rasa asam manis dan lemak manis, pisang bakar Kak Hasanah,--- harganya pun terjangkau, hanya Rp.5000/porsi sudah dapat dinikmati.
Di samping itu, ia juga mengatakan, berkat berjualan pisang bakar dapat menutupi kebutuhan hidup sehari-hari bahkan dapat memberikan makan anak piatu yang tak lain adalah cucunya sendiri.
(sumber:panteu.com)