Notification

×

Iklan ok

Berbicara Toleransi dari Sudut Milenial

Sabtu, 22 Januari 2022 | 19.39 WIB Last Updated 2022-01-22T12:39:47Z

Oleh : Rahilla Fanny

Gemarnews.com - Kata toleransi, menurut KBBI adalah sifat atau sikap toleran. Beberapa tahun terakhir ini, pembahasan toleransi sering dijadikan sebagai bahan diskusi. Diskusi yang dilakukan pun terkadang dalam bentuk seminar, forum group discussion, bahkan saat sedang duduk santai menikmati senja.

Penyimpangan sikap toleransi juga semakin terlihat nyata, seiring perkembangan zaman dan teknologi. Dampak yang timbul akan perilaku intoleransi, juga sampai menimbulkan kebencian terhadap sesama. Akibat dari kebencian ini pun dapat menyebabkan aksi-aksi brutal terjadi di permukaan bumi, seperti membakar rumah ibadah, pembunuhan, menfitnah, dan mencaci maki.

Terkadang, korban yang mengalami dampak ini bukan orang yang dituju langsung, tetapi kepada seseorang yang memiliki hubungan kerabat atau keluarga. Sikap ini menjadi satu-satunya kasus yang disoroti Indonesia saat ini. 

Juga, dikarenakan minimnya sikap toleransi dalam bersosial media, tak jarang juga terlihat keributan antara sesama individu dalam social media.

Keributan ini muncul di setiap sosial media, seperti Youtube, Instagram, Facebook, Twitter, dan akun lainnya. Keributan yang terjadi ini, tak jarang adalah karena masalah perbedaan pendapat dari para penganut berbeda agama.

Bahkan, menggunakan kata-kata yang tidak etis dalam mengutarakan ketidaksukaan akan pendapat pada agama lain. Faktanya, setiap individu pasti memiliki rasa tidak suka akan pendapat yang berbeda dengan yang dirinya yakini. Kasus tersebut sangat wajar dialami oleh setiap individu.

 Akan tetapi, bagaimana sikap dan perilaku dalam menyikapinya, sangat menentukan bentuk toleransi yang dimiliki. Dengan menghargai apa yang diyakini oleh orang lain, tanpa mengujarkan kata-kata yang tak pantas diperdengarkan, akan jauh lebih baik. Begini seharusnya sikap toleransi. 

Bersikap toleransi, sudah banyak diangkat oleh para pembicara hebat di Indonesia. Penyebaran informasi dilakukan melalui berbagai sosial media. Seperti salah satu influencer, bernama Gita Savitri, yang telah lama berkiprah di dunia Youtube.

 Dalam kanal media Youtube, Gita sering memberikan opini terkait kasus atau isu yang sedang terjadi.  Begitu juga dengan isu toleransi, Gita tertarik untuk beropini terkait permasalahan ini. Dalam salah satu videonya, berkolabolari dengan Habib Husein Ja’far, membahas bagamaina seharusnya sikap seorang muslim dalam menyikapi keberagaman di sekitar. 
Ketika pengambilan video, Gita Savitri masih berstatus tinggal di Jerman bersama sang suami, dimana memiliki lingkungan yang lebih beragam dari Indonesia. Gita juga mengatakan, bahwa kondisi tersebut menyebabkan dirinya terpaksa memahami dan menghargai perbedaan yang ada. Otomatis sikap toleransi harus lebih diaktifkan dalam bersosialisasi semasa tinggal di Jerman. Gita juga mempertahankan penggunaan jilbab selama di Jerman. Sikap toleransi, tidak serta merta muncul di era abad 21 ini. Akan tetapi, pada zaman Rasulullah pun sikap ini juga sudah hadir. Seperti salah satu cerita yang disinggungkan oleh Habib Husein, semasa Rasulullah hidup, sikap toleransi yang diterapkan dalam kehidupan beliau. Contoh, ketika ada segerombolan orang membawa seorang mayat Yahudi, melewati lokasi Rasulullah berceramah, seketika Rasulullah berhenti, keluar mesjid, dan berdiri. Sikap ini Rasulullah lakukan sebagai rasa ikut berduka cita akan seorang manusia yang sudah berpulang. Pada kasus ini, Rasulullah tidak melihat agama apa yang sedang dianut. Ternyata, sikap ini sempat dipertanyakan oleh para sahabat. Rasulullah pun memberitahu, bahwa yang meninggal dunia saat itu tetaplah manusia. 
Sikap toleransi juga perlu diaktifkan ketika seseorang berniat berdakwah. Seperti yang dikatakan oleh Habib Husein, pada dasarnya mendakwah adalah mengajak. Sehingga, ketika kita mendakwahi seseorang, berarti kita sedang mengajak seseorang, mengingatkan akan jalan yang benar. Sama halnya ketika Rasulullah berdakwah, mengajak orang lain menuju pada Islam. Sifat dakwah yang dimaksud pun tanpa ada ancaman dan paksaaan, sesuai yang tercantum dalam Al-Qur’an, bahwa dalam beragama tidak ada paksaan. Dalam berdakwah, Rasulullah lebih mengutamakan sikap baik dan indah. Hal ini merupakan bukti bahwa Rasulullah menerapkan sikap toleransi, dimana tidak terdapat sikap paksaan terhadap orang lain untuk mengikuti jalannya. Beliau tahu, jika dalam berdakwah, tugas setiap muslim hanyalah menyampaikan. Namun, apakah orang yang dimaksud masuk Islam atau tidak, bukan menjadi urusan si pendakwah. Kebenaran telah tersampaikan dengan baik. Hanya si pendengar atau penerima yang bisa menentukan dirinya bergabung atau tidak ke dalam ranah yang dimaksud. 
Berbicara tentang dakwah, Indonesia sendiri, masih ditemukan metode-metode dakwah yang bersikap tidak toleran. Masih terdengar metode dakwah dengan ujaran kebencian akan agama lain. Mengolok-olok agama lain. Masih terlihat sikap acuh tak acuh terhadap masyarakat non-muslim ketika terkena musibah. Padahal, semasa Rasulullah hidup, tidak pernah keluar kata-kata kebencian kepada selain Islam. Pun dalam Al-Qur’an, tidak terdapat satupun perintah untuk berbuat baik hanya kepada muslim. Bahkan, dalam surat Al-A’raf ayat 56, Allah berfirman bahwa rahmat-Nya sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik. Tidak disebutkan pengecualian jenis kebaikan seperti apa dan kepada siapa.
Kembali ke video unggahan Gita, Habib Husein mengatakan, sikap intoleran dapat menimbulkan sakit hati pada orang yang dimaksud dan, bahkan, dapat menimbulkan masalah yang seharusnya tidak hadir. Dengan bersikap tidak toleransi, yang mungkin awalnya tidak benci terhadap Islam, bisa muncul kebencian terhadap Islam. Padahal, seharusnya, ketika seseorang mendengar Islam timbul rasa cinta dan damai dalam hati. Ketika sudah begini, maka akan sulit bagi seseorang menerima kebenaran Islam. Bahkan, menambah jumlah kebencian akan agama Islam.
Pada zaman Rasulullah, mayoritas masyarakat tertarik kepada Islam karena melihat sikap dan perilaku beliau dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana sikap Rasulullah terhadap sesama, tidak pernah adanya sikap mengundang kebencian. Seperti menghormati wanita, menyayangi anak-anak, bahkan menghormati musuh. Hal ini yang membuat masyarakat sekitar penasaran akan agama apa yang sedang dianut oleh Rasulullah. Dengan sendirinya, secara otomatis orang mempelajari agama Islam. 
Pada menit ke-16, Habib Husein mengatakan jika sejarah Rasulullah yang selama ini tersebar mayoritas menceritakan masa peperangan, seperti perang Badar dan perang Uhud. Hal ini secara tidak langsung bisa mempengaruhi masyarakat awam akan penyebaran agama Islam, zaman dahulu, dilakukan dengan peperangan, dengan tidak menerapkan sikap toleransi. Padahal, semasa hidupnya, hanya 1% melakukan peperangan. 99% sisanya, Rasulullah hanya berdakwah dengan berperilaku baik dan menyebarkan rahmat, atas izin Allah. Kategori rahmat yang dimaksud pun, tidak memandang jenis agama. Penyebaran rahmat yang Rasulullah lakukan berlaku untuk semua umat manusia di muka bumi. Oleh karena itu, Rasulullah bersikap baik kepada kawan maupun lawan, kepada muslim maupun non-muslim. 
Sikap Rasulullah ini sudah sepatutnya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama di masa sekarang. Dimana semakin terlihat jelas akan perbedaan tiap individu di dunia, khususnya Indonesia. Apalagi, seiring perkembangan teknologi yang semakin pesat dan setiap orang juga semakin bebas dalam mengutarakan pendapat di setiap media sosial. Hal ini semakin menjadi keharusan akan sikap toleransi hadir di setiap benak individu. 
×
Berita Terbaru Update