Selenggarakan Academy Philanthropy, Lazismu Ajak Generasi Muda Berkiprah di Filantropi Berkemajuan
GEMARNEWS.COM, JAKARTA - Selaras dengan tanfidz keputusan muktamar ke-48 Muhammadiyah tahun 2022, di Surakarta, bahwa memperluas jalan dakwah kepada generasi milenial merupakan bagian dari upaya pemberdayaan umat. Lazismu dengan programnya fokus mengimplementasikan dakwah alternatif itu menanamkan nilai-nilai positif melalui pembekalan dan pengalaman nyata di gerakan filantropi.
Proses seleksi telah dilakukan dari lima puluhan pendaftar dan menjaring 14 peserta yang dianggap layak untuk mengikuti Philanthropy Academy 2025. Sebuah program yang dirancang untuk melatih dan memberikan pengalaman nyata kepada generasi muda dalam pengelolaan program filantropi.
Philanthropy Academy ini digelar selama tiga hari secara intensif, demikian disampaikan Ketua Badan Pengurus Lazismu Pusat, Ahmad Imam Mujadid Rais, di Jakarta, pada Jum’at (16/5/2025).
Mujadid Rais sangat senang dan mengapresiasi terlaksananya program ini. Dia berharap setelah peserta melantai dan menyelami ke depannya peserta bisa aktif untuk berproses selama satu tahun.
“Dari proses tersebut layaknya suatu pembekalan pendidikan ada aspek-aspek pengetahuan yang diperoleh dalam tiga matra yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik,” katanya.
Tiga matra ini menjadi dasar pengetahuan untuk berani mengambil keputusan, mengelola ide dan program serta menalikannya dalam simpul penghimpunan (fundraising) dan pendistribusian.
Seraya membuka secara resmi Philanthropy Academy 2025, dia mengatakan amil sebagai profesi sangat jelas disebutkan dalam al-Qur’an. Oleh karena itu, lanjutnya, amil bisa melihat tata global, dan mempersiapkan dengan respons tata kelola filantropi.
Dia menyarankan, amil dapat mengakses buku-buku bergizi tentang filantropi seperti yang ditulis oleh Hilman Latief dan Amelia Fauzia. Ini menjadi pintu masuk untuk bisa membuka tirai filantropi agar dapat terlibat dalam dinamikanya.
Selama tiga hari, peserta mendapat materi pengantar filantropi, manajemen filantropi, strategi fundraising dan komunikasi efektif, penyusunan rencana program, monitoring dan evaluasi serta studi kasus yang diakhiri simulasi praktik filantropi.
Dalam sesi pengenalan apa itu filantropi, fasilitator Barry Aditya menyuguhkan pancingan pertanyaan mentimeter seputar filantropi. Apa manfaat dan dampaknya. Gayung bersambut, setiap peserta memberikan jawaban sesuai pendapatnya masing-masing.
Diana Yuningsih peserta dari Manajemen Zakat dan Wakaf UMJ, berpendapat bahwa filantropi merupakan bagaimana dapat memberikan manfaat bagi orang banyak, melalui harta, keahlian, tenaga.
Pendapat lainnya disampaikan Erza Fahreza mahasiwa Ilmu Hukum Brawijaya Malang, bahwa filantropi meningkatkan kepekaan tentang apa yang terjadi di masyarakat.
Setiap orang bisa saja dalam suatu waktu mampu memberi dan di lain waktu bisa menerima. Tak hanya itu, sambungnya, filantropi dalam aspek tertentu bisa berupa seperangkat aturan atau hukum dalam tata kelolanya.
Atas jawaban dan respons dari peserta, Barry mengungkapkan bahwa di Lazismu ada satu rangkaian dalam menyusun suatu program, bagaimana proses ketika disampaikan kepada publik terutama donasi, jika program sudah berjalan ada monitoring evaluasi yang selanjutnya akan ada suatu kesempatan belajar mengetahui bagaimana hasilnya?
“Ada yang langsung dan kelihatan, misal menyalurkan program karitas, dan ada output yang dinilai.
Ada juga hasilnya dapat dilihat dalam waktu jangka panjang seperti pendidikan dan ekonomi. Kembali ke pertanyaan mentimeter, apa yang ingin dilihat dari suatu perencanaan dalam durasi waktu yang singkat adalah satu tahun,” jelasnya.
Sejalan dengan itu, fasilitator menawarkan aspirasi kepada peserta agar selama tiga hari pelatihan ini berjalan lancar, tertib dan sukses. Menurut Barry, kontrak belajar perlu disepakati sehingga peserta dalam mengikuti jalannya pelatihan punya komitmen kuat.
Senada dengan pertanyaan mendasar tentang apa itu filantropi, Muarawati Nurmalinda fasilitator di sesi topik materi Menjelajahi Dunia Filantropi, dalam tilikan memberi, berdampak dan menginspirasi, mengatakan, filantropi tidak sekadar memberi dan menerima.
“Konsep dan definisi adalah batasan itu sendiri. Mengidentifikasi berbagai bentuk dan pendekatan dalam filantropi merupakan jalan membangun cara pandang dalam mengetahui motivasi dan nilai-nilai yang mendasari tindakan filantropis,” paparnya.
Rasa cinta kepada kemanusiaan yang di dalamnya ada sense of crisis masih sangat menjanjikan untuk dianalisis lebih dalam apa peran filantropi dalam masyarakat dan pembangunan.
Selain itu, menurutnya, dalam akademi fialntropi ini tujuan disampaikannya kepada peserta untuk membangun kesadaran akan potensi diri untuk berkontribusi melalui filantropi.
Selain itu masih ada materi menarik lainnya, yang akan disampaikan oleh para direksi Lazismu antara lain oleh Ibnu Tsani, Ardi Luthfi Kautsar, M. Saleh Al-Farabi dan Adi Rosadi, Adytia Refianto serta dari perspektif hukum Islam yang disampaikan oleh Muhib Rosyidi dari Dewan Syariah Lazismu.
Kelembagaan dan Humas Lazismu PP Muhammadiyah