Notification

×

Mengenang 32 Tahun Buruh Marsinah, Penggerak Sejahtera

Senin, 05 Mei 2025 | 21.37 WIB Last Updated 2025-05-05T14:37:14Z

Mengenang 32 Tahun Buruh Marsinah, Penggerak  Sejahtera

Oleh : Andi Hariyadi
Ketua Majelis Pustaka Informatika dan Digitalisasi PDM Surabaya 


GEMARNEWS.COM - Pejuang kemanusiaan yang  nyaris terlupakan, hidupnya penuh pengorbanan untuk nasib buruh, sehingga ada banyak Keteladanan berupa bunga bunga Marsinah meski sebagai buruh namun menginsirasi untuk perubahan yang mensejahterakan.

Marsinah seorang buruh yang ulet, tekun dan disiplin serta mudah bergaul khususnya dengan teman teman buruh senasibnya memiliki keberanian menyuarakan dan memperjuangkan kesejahteraan yang begitu total meski akhirnya mendapat derita  menyakitkan hingga kematian.

Pejuang nasib buruh diketahui menghilang pada 5 Mei 1993 entah dimana berada, setelah berusaha memperjuangkan 13 orang teman senasibnya sebagai bentuk solidaritas untuk mendapat keadilan dan kesejahteraan. Ternyata tiga hari kemudian  pada 8 Mei 1993 diketahui sudah meninggal dunia di sebuah gubuk di daerah Wilangan Nganjuk Jawa Timur dalam kondisi memprihatinkan akibat kekerasan berat yang ditimpanya.

Pembunuhan Marsinah seorang buruh merupakan bentuk pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat, ada perencanaan yang matang dan keterlibatan beberapa pihak di masa Orde Baru, dimana kebebasan warga dibatasi dan yang menyuarakan aspirasi dihabisi secara kejam diluar batas kemanusiaan. Pada tahun yang sama saat kematiannya, mendapat penghargaan Yap Thiam Hien, dan menjadi perhatian dunia internasional, sehingga  Organisasi Buruh Internasional (ILO) mencatat dan dikenal sebagai kasus  1773.

Tidak ingin untuk membuka luka lama atas tragedi kemanusiaan dengan pembunuhan marsinah, tetapi tetap mengingatkan kita semua untuk lebih bijak dan manusiawi terhadap rakyatnya sendiri, lebih lebih pada seorang wanita buruh yang berusaha mendapatkan hak kesejahteraan.

Sosok Marsinah seorang wanita yang tangguh lahir pada 10 April 1969 di desa 
Nglundo  Sukomoro Nganjuk Jawa Timur. Memilki tiga saudara yaitu Marsini, Marsinah dan Wijiati Tinggal di suasana pedesaan bersama bibinya setelah ibunya meninggal dunia ketika berusia 2 tahun. Pendidikannya hanya sampai di SMA Muhammadiyah  Nganjuk, setelah lulus ingin kuliah tetapi tidak ada biaya sehingga bekerja sebagai buruh pabrik di Surabaya dan berpindah ke Sidoarjo hingga meninggal dunia dalam usia yang relatif muda 24 tahun.  

 Mengenang Marsinah tidak sekedar tabur bunga dan doa saja, tetapi bagaimana kita bisa menemukan bunga bunga keteladanan perjuangan, yang peduli kesejahteraan dan  keadilan  buruh.  

Sudah 32 tahun tragedi kemanusiaan terbunuhnya Marsinah, dan kita berharap jangan ada lagi tragedi kemanusiaan terulang kembali, dengan berbagai alasan apa pun yang mengakibatkan korban pada rakyat sendiri. 

Justru saatnya kita bangun kebersamaan, karena buru bukan sekedar pekerja saja tetapi telah berjasa dalam pengembangan industri di negeri ini.  

Hubungan antara pengusaha dan buruh saat Orde Baru  yang belum menampakkan rasa keadilan yang mensejahterakan bagi semua. Pengusaha semakin kaya sedang buruh dibuat menderita, hal ini merupakan bentuk arogansi dan diskriminasi yang sangat membahayakan kedaulatan negeri.

Ketajaman berpikir Marsinah yang kritis atas kondisi yang ada telah membuka kesadaran kita, sehingga ada beberapa bunga keteladanan Marsinah yang harus terus kita kobarkan, yaitu : Pertama, mewujudkan keadilan sosial atau personal. Silaturahmi kelima Pancasila yaitu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia sehingga terwujud kesejahteraan, ternyata hanya berkutat pada keadilan bagi personal, sehingga bagaimana untuk meningkatkan kesejahteraan personal dari lingkaran terdekat antara pengusaha dan penguasa, akibatnya keadilan sosial hanya menjadi retorika saja tanpa usaha nyata.
 Bagaimana kemiskinan disekitar kita yang begitu dekat, sedang disisi yang lain begitu angkuhnya berfoya foya tanpa ada rasa peduli untuk berbagi.

Kedua, Mengaktualisasikan Amar Ma'ruf Nahi Munkar, berbagai ketimpangan yang ada membuat Marsinah tergerak untuk beramal ma'ruf nahi munkar, Marsinah sadar akan keterbatasannya tetapi dia tidak bisa mendiamkan ketidakterbatasan selama ini dilingkungan kerjanya yang cenderung semena mena dan arogan. 

Dan ketiga menggerakkan kepedulian, meski kesejahteraan masih jauh dari harapan, Marsinah tergerak untuk membangun kepedulian sebagai bentuk solidaritas kemanusiaan. 

Marsinah benar benar  faham akan resiko ketika menggerakkan kepedulian, karena inilah energi perubahan untuk perbaikan.

Beberapa bunga keteladan perjuangan Marsinah untuk buruh merupakan hasil dari proses pendidikan yang diterima di SMA Muhammadiyah Nganjuk. 

Materi pelajaran Ke-Muhammadiyahan khususnya model dakwah KH. Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah yang humanis dan konstruktif, dicoba diaktualisasikan untuk mendorong perubahan tanpa pengrusakan, justru diberikan keteladanan, kepeloporan sebagai bentuk dakwah yang mencerahkan. 

Marsinah perjuanganmu tidaklah sia sia, justru menginsirasi untuk peduli, semoga menjadi amal soleh. (*)

Gemar Sport

Artikel Pilihan

×
Berita Terbaru Update