Notification

×

Lonjakan Harga Beras, Warga Lhokseumawe Resah

Jumat, 25 Juli 2025 | 17.40 WIB Last Updated 2025-07-25T10:40:31Z
Laporan: Fohan Muzakir

GEMARNEWS.COM, LHOKSEUMAWE - Masyarakat Kota Lhokseumawe resah dengan lonjakan harga beras yang terus meningkat signifikan. 

Kenaikan ini terjadi hampir setiap hari membuat kebutuhan pokok ini semakin sulit dijangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah.

Pantauan Gemarnews.com, Jumat (25/7/2025) disejumlah pasar di Kota Lhokseumawe, harga beras medium yang seharusnya berada pada Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp 13.100 per kilogram, kini melonjak menjadi Rp 16.600 per kilogram atau sekitar Rp 250.000 per karung ukuran 15 kilogram. Ironisnya, lonjakan ini terjadi saat pemerintah pusat mengklaim bahwa Indonesia telah mencapai swasembada beras.

Salah seorang warga Kota Lhokseumawe, Teuku Andi Rahman, menyampaikan keprihatinannya atas kondisi ini. Menurutnya, kenaikan harga beras merupakan indikasi kuat bahwa ketersediaan stok beras di pasar mulai menipis.

“Tidak mungkin produksi tinggi, stok melimpah, tapi harga melonjak. Ini mengindikasikan bahwa ada masalah pada produksi, stok dan distribusi” ujarnya. 

“Permintaan tinggi, produksi rendah, dan stok terbatas akan selalu berujung pada harga yang tinggi. Bulog sebagai lembaga yang dibentuk untuk menjaga kestabilan harga dan stok beras nasional tampaknya gagal menjalankan fungsinya.” kata Teuku Andi Rahman.

Andi menilai, Bulog tidak cukup hanya mengandalkan distribusi bantuan sosial, namun harus berani melepas stok beras ke pasaran untuk menekan lonjakan harga. 

“Kalau hanya bansos, itu tidak menyelesaikan masalah, kita sangat berharap kepala Bulog Aceh dapat menggambarkan stok beras untuk membuat masyarakat tidak menduga-duga," tegasnya.

Penelusuran gemarnews.com, Isu mahalnya harga beras kini menjadi perbincangan hangat di tengah masyarakat. Tidak hanya di pasar atau rumah tangga, bahkan di warung kopi dan kelompok ibu-ibu pun topik ini menjadi pembahasan serius.

Masyarakat mendesak pemerintah Aceh melalui Dinas Pertanian dan Bulog, agar fokus dalam mengendalikan harga dan menjamin ketersediaan stok. 

“Jika kondisi ini dibiarkan terus menerus berpotensi panic buying di kalangan masyarakat ekonomi menengah ke atas, sementara yang berpenghasilan rendah akan makin tertekan hingga rentan pada tindakan kriminal,” tambah Andi.

"Harga beras bukan sekadar urusan ekonomi, ini menyangkut hajat hidup orang banyak. Pemerintah wajib hadir dan bertindak cepat untuk menjaga stabilitas,” tutupnya.

Gemar Sport

Artikel Pilihan

×
Berita Terbaru Update