Notification

×

Mengelola Masjid Seperti CEO: Ikhtiar Baru Kebangkitan Umat dari Zona Madina

Jumat, 08 Agustus 2025 | 14.13 WIB Last Updated 2025-08-08T07:13:46Z
Gemarnews.com, Artikel - Masjid, sebagai pusat ibadah dan syiar Islam, memiliki peran krusial dalam kehidupan umat. Namun, dalam menghadapi dinamika zaman, banyak masjid masih dikelola secara tradisional, sehingga fungsinya kurang optimal dan kurang menarik bagi jamaah, khususnya generasi muda. 


Tantangan seperti manajemen administratif yang belum tertata, keterbatasan sumber daya manusia, serta kurangnya inovasi program seringkali menjadi penghambat.

Dalam bayangan banyak orang, mungkin masih identik dengan ruang besar berkarpet hijau, tempat azan dikumandangkan, lalu ditinggalkan sepi usai salat berjamaah. 

Tapi di tengah kompleks Zona Madina milik Dompet Dhuafa, gagasan soal masjid mendapat napas baru. 


Sebuah pelatihan manajemen masjid digelar bukan untuk membahas soal teknik membetulkan speaker atau membagi jadwal marbot, melainkan untuk membicarakan sesuatu yang jauh lebih besar yakni masa depan peradaban umat.


Melihat urgensi tersebut, Masjid Al-Madinah di Zona Madina Dompet Dhuafa mengambil langkah strategis dengan menyelenggarakan "Training Manajemen Masjid" pada 30 Juli 2025. Pelatihan ini mengangkat tema "Menuju Masjid yang Lebih Profesional untuk Kebangkitan Umat". 

Tujuan utamanya adalah membekali para takmir dan pengurus masjid dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk mengelola masjid secara modern, efisien, dan akuntabel.


Kegiatan ini menghadirkan tiga pemateri dari lintas bidang yang telah lama bergelut dalam pengelolaan masjid dan komunitas dakwah. Pesertanya? Takmir, pengurus masjid, serta perwakilan komunitas yang selama ini menjadi tulang punggung operasional masjid di wilayahnya masing-masing.
Menjawab Tantangan Zaman Lewat Pelatihan

Transformasi masjid menuju pusat peradaban yang modern dan professional.


Jika ditanya apa masalah utama dalam pengelolaan masjid hari ini, jawabannya bisa beragam. Tapi satu benang merah yang hampir selalu muncul adalah soal pengelolaan yang masih tradisional. Banyak masjid masih mengandalkan pola pikir lama asal ada pengurus, ada tempat wudu, dan bisa salat berjamaah, maka dianggap cukup. Padahal, zaman sudah berubah. Tantangan umat tak lagi sama. Kebutuhan jamaah pun lebih kompleks.

Pengurus masjid kini dituntut untuk punya kemampuan administratif, manajerial, komunikasi publik, hingga adaptasi teknologi. Sayangnya, tak semua takmir punya latar belakang itu. “Banyak pengurus masjid kita yang semangatnya luar biasa, tapi tidak diberi bekal keilmuan yang cukup. 


Ini akhirnya memengaruhi efektivitas pengelolaan masjid itu sendiri,” kata Ust. Iwan, S.Th.I, Sekretaris Jenderal Komunitas Masjid Profesional (KMP), sekaligus pemateri pertama dalam pelatihan tersebut.
Ust. Iwan membawa materi tentang “Profesionalisme dalam Pengelolaan Masjid.” Di awal penyampaiannya, ia menegaskan bahwa kata “profesional” jangan ditakuti. Ini bukan soal menggaji semua orang atau mengkomersilkan ruang ibadah.

Profesionalisme, menurutnya, adalah soal komitmen, akuntabilitas, dan kejelasan arah.
“Masjid itu organisasi. Ia punya aset, jamaah, program, dan target. Maka cara mengelolanya juga harus seperti organisasi dengan sistem, dengan struktur, dengan laporan,” jelasnya. Ust. Iwan. 

Ia juga mencontohkan indikator-indikator masjid yang dikatakan professional laporan keuangan transparan, program kerja yang terukur, database jamaah yang aktif, hingga pelayanan yang ramah dan inklusif. “Kalau masjid sepi dari anak muda, itu bukan salah anak muda. Bisa jadi program kita tidak menyapa mereka,”.


Penulis: Adipatra Kenaro Wicaksana
Email Penulis: Kenaro11@gmail.com
Sosial Media Penulis: https://www.instagram.com/adipatrakw/
Lulusan :  Kesehatan Masyarakat dengan Peminatan Kesehatan Lingkungan. Sesekali menjaga lingkungan tetap sehat, sambil mencoba untuk tetap ingat kapan terakhir kali nyiram tanaman di rumah.

Gemar Sport

Artikel Pilihan

×
Berita Terbaru Update