GEMARNEWS.COM, PULAU SAROK, - Ketua Majelis Dikdasmen dan PNF PWM Aceh Iskandar
Muda Hasibuan menyampaikan “Revitalisasi fisik sekolah bukanlah sekadar proyek
pembangunan gedung. Ia adalah pernyataan visi: bahwa pendidikan yang bermutu
memerlukan ruang yang layak, sehat, dan menginspirasi. Di tengah tuntutan
kurikulum abad-21, kita ditantang menghadirkan lingkungan belajar yang tidak
hanya memenuhi standar keselamatan, tetapi juga memantik kreativitas,
menumbuhkan karakter, dan memperkuat nilai kebersamaan. (26/9/2025)
Revitalisasi fisik
sekolah dimulai dari kesadaran paling mendasar anak berhak mendapatkan ruang
belajar yang aman dan bermartabat. Bangunan yang kokoh, sanitasi yang memadai,
ventilasi yang baik, pencahayaan yang sehat, hingga jalur evakuasi yang jelas
adalah pondasi awal bagi terciptanya suasana belajar yang nyaman.
Dengan ruang yang tepat,
anak-anak akan lebih fokus, guru lebih bersemangat, dan pembelajaran berlangsung
lebih bermakna. Namun revitalisasi fisik sekolah tidak berhenti pada
konstruksi. Kita harus mengintegrasikan prinsip inklusi, keberlanjutan, dan
fleksibilitas. Fasilitas ramah disabilitas, area hijau, serta ruang kolaborasi
multifungsi menjadi wujud nyata kesadaran kita terhadap keberagaman dan masa
depan. Ungkap Iskandar Muda Hasibuan
Energi terbarukan,
pengelolaan air hujan, dan material lokal rendah karbon menunjukkan komitmen
pada pendidikan yang peduli lingkungan. Dengan demikian, setiap dinding dan
tiang bukan hanya struktur beton, tetapi pesan moral tentang tanggung jawab
ekologis, demikian disampaikan Iskandar Muda Hasibuan - Ketua Majelis Dikdasmen
dan PNF PWM Aceh saat mengunjungi kemajuan pelaksanaan Revitalisasi Sekolah SMA
Muhammadiyah Gunung Meriah - Singkil.
Selanjutnya Iskandar Muda
Hasibuan menjelaskan Pendekatan ini juga menuntut partisipasi luas. Kepala
sekolah, guru, orang tua, siswa, pemerintah daerah, dan masyarakat perlu duduk
bersama merumuskan prioritas, mengawasi pelaksanaan, dan menjaga hasilnya.
Gotong royong bukan sekadar budaya, tetapi strategi keberlanjutan. Sekolah yang
dibangun bersama akan lebih terawat, lebih dihargai, dan lebih mampu
menumbuhkan rasa memiliki pada generasi penerus.
Arahan revitalisasi fisik
sekolah sebaiknya mengikuti tiga langkah utama: (1) memastikan keselamatan dan
kelayakan dasar, (2) menciptakan ruang belajar fleksibel yang mendukung inovasi
pembelajaran, dan (3) menghadirkan identitas sekolah sebagai pusat pemberdayaan
komunitas. Dengan urutan ini, revitalisasi akan berdampak langsung pada mutu
pendidikan, bukan sekadar penampilan fisik.
Kita perlu menanamkan
kesadaran bahwa investasi pada bangunan sekolah adalah investasi pada masa
depan bangsa. Dinding yang kokoh adalah perlindungan bagi ide-ide besar
anak-anak kita; ruang kelas yang terang adalah jendela menuju pengetahuan; dan
halaman yang hijau adalah laboratorium kehidupan yang membentuk karakter.
Revitalisasi fisik
sekolah adalah momentum untuk menyatukan visi pendidikan, arsitektur, dan keberlanjutan.
Ia mengajak kita melihat sekolah sebagai ekosistem belajar yang hidup, bukan
sekadar tempat duduk dan papan tulis.
Jika dilaksanakan dengan
pandangan jauh ke depan, program ini akan melahirkan generasi yang tidak hanya
cerdas secara akademik, tetapi juga tangguh, peduli, dan siap membangun
peradaban Bangsa.
Dalam Kunjungannya
tersebut turut serta Ketua PW Aisyiyah Hj. Ashraf, SP, M.Si. Aceh beserta
rombongan melihat langsung pelaksanaan Revitalisasi TK Aisyiyah Bustanul Athfal
diseluruh wilayah Singkil. (*)