GEMARNEWS.COM, BANDA ACEH – UNICEF bersama Dinas Kesehatan
menginisiasi serangkaian workshop penguatan Triple Eliminasi HIV, sifilis, dan
hepatitis B pada 17–20 September 2025 yang dilaksanakan oleh mitra SAHAS
Initiative. Kegiatan yang berlangsung di Banda Aceh dan Aceh Besar ini menyasar
tenaga kesehatan Puskesmas serta kelompok remaja sebagai garda depan dalam
pencegahan penularan penyakit menular ini.
Pemerintah Indonesia menargetkan
tercapainya Triple Eliminasi HIV, sifilis, dan hepatitis B dari ibu ke anak
pada tahun 2030, dengan capaian 95-95-95: yaitu 95% ibu hamil menjalani tes,
95% ibu hamil positif HIV mendapat terapi ARV, dan 95% dari mereka mencapai
supresi virus. Namun, capaian di Aceh masih jauh dari target. Data Kementerian
Kesehatan menunjukkan cakupan skrining HIV pada ibu hamil di Aceh baru 46%, dan
hanya 43% ibu hamil positif HIV yang menerima terapi. Kondisi ini menempatkan
Aceh pada urutan ke-10 terendah di Indonesia untuk capaian 95-95-95.
Rangkaian dimulai di Kota Banda Aceh pada
17 September 2025 di Aula Puskesmas Lampulo. Sebanyak 33 tenaga kesehatan dari
11 Puskesmas hadir untuk memperkuat kapasitas pencatatan dan pelaporan data ibu
hamil, HIV, dan hepatitis. Acara dibuka oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Banda
Aceh, yang diwakili oleh dr. Dara Juliana, M.Kes. Materi workshop membahas
kondisi terkini program, sistem verifikasi data, serta langkah-langkah koreksi
kesenjangan pencatatan di Puskesmas.
Keesokan harinya, 18 September 2025,
giliran Kabupaten Aceh Besar yang menjadi tuan rumah. Bertempat di Aula
Dekranasda, workshop ini diikuti 60 peserta dari 29 Puskesmas dan perwakilan
Dinas Kesehatan kabupaten. Plt. Kepala Dinas Kesehatan Aceh Besar, Nelli
Ulfiati, SKM., MPH, menegaskan bahwa validitas data merupakan kunci perencanaan
intervensi kesehatan yang lebih tepat sasaran. Dokter Tira Aswitama, M. Epid
perwakilan UNICEF Aceh juga menegaskan bahwa keselarasan data antara PWS KIA,
HIV, dan Hepatitis menjadi kunci penting bagi Aceh untuk meningkatkan
persentase capaian pelaporan. Para peserta tidak hanya menerima paparan
kebijakan, tetapi juga melakukan desk data untuk menemukan kendala pencatatan
sekaligus merumuskan rencana tindak lanjut.
Selain melibatkan tenaga kesehatan, upaya
penguatan Triple Eliminasi juga menyasar generasi muda. Data Dinas Kesehatan
Aceh mencatat, hingga Juli 2025 terdapat 1.974 orang dengan HIV/AIDS di Aceh.
Lebih dari 70% di antaranya berasal dari kelompok usia produktif 21–40 tahun,
termasuk pelajar, mahasiswa, dan santri. Bahkan pada 2024, kelompok usia 21–30
tahun menyumbang 41% dari total kasus di Banda Aceh. Kondisi ini menunjukkan
bahwa remaja merupakan kelompok strategis dalam pencegahan.
Pada 20 September 2025, dilaksanakan
Workshop Penguatan Pengetahuan Program Triple Eliminasi bagi 50 remaja di Aula
BKKBN Aceh. Peserta berasal dari sekolah, dayah, universitas, dan organisasi
remaja. Mereka dibekali materi mengenai penanggulangan HIV, sifilis, dan
hepatitis, serta peran penting remaja dalam edukasi sebaya, komunikasi
antarpribadi, dan kampanye kesehatan berbasis media sosial. Melalui diskusi
kelompok, remaja juga menyusun rencana aksi untuk mendorong perilaku sehat di
lingkungan masing-masing. Ketiga workshop ini menjadi langkah strategis dalam
mendukung target Triple Eliminasi 2030. Melalui perbaikan kualitas data di
Puskesmas serta keterlibatan aktif remaja, diharapkan upaya pencegahan
penularan HIV, sifilis, dan hepatitis B dapat semakin efektif. (red)