Notification

×

Dari Penjara Ke Penjara": Kisah Misteri dan Kemanusiaan di Balik Jeruji Besi Polda Aceh

Senin, 15 Desember 2025 | 13.35 WIB Last Updated 2025-12-15T06:35:55Z

 

BANDA ACEH , ARTIKEL – Pengalaman berurusan dengan hukum bukanlah hal baru bagi pria ini. Berulang kali masuk dan keluar penjara, ia telah merasakan kerasnya hidup di balik jeruji besi. Namun, ada satu pengalaman yang tak terlupakan, yaitu ketika ia mendekam di sel tahanan Polda Aceh pada Mei 2019.
 
"Saya terbiasa masuk keluar masuk penjara," ujarnya memulai kisah. Tahun 2000-an, ia seringkali ditahan di Polres Jakarta Pusat. Pada tahun 2002, ia bahkan sempat mendekam di Rumah Tahanan Salemba karena kasus penghinaan presiden.
 
Namun, pengalaman di Polda Aceh pada tahun 2019 memberikan kesan yang berbeda. Ditangkap terkait konsekuensi dukungan politiknya dalam Pilpres 2019, ia harus merasakan dinginnya sel tahanan di bulan Ramadan.
 
"Tanggal 20 saya ditangkap oleh kawan-kawan Polresta Banda Aceh," kenangnya. Setelah semalam menginap di ruangan Kasat, ia dipindahkan ke Polda Aceh.
 
Awalnya, ia merasa biasa saja. Namun, begitu tiba di depan sel tahanan dan harus melepaskan seluruh pakaiannya, barulah ia merasakan suasana yang berbeda.
 
Malam Pertama yang Sunyi
 
Di malam pertama, ia ditempatkan di sel No. 2, sebuah sel khusus untuk satu orang. Setelah berbuka puasa bersama tahanan lain, ia kembali ke selnya yang sunyi.
 
"Mata saya melihat kesana kemari dalam sel itu, melihat dinding dan pikiran saya melayang entah kemana - kemana," ujarnya.
 
Namun, malam-malam berikutnya menjadi mimpi buruk. Ia mendengar cerita dari tahanan lain tentang hantu wanita yang sering mengganggu sel No. 2. Awalnya, ia tak percaya, namun lama kelamaan ia mulai merasakan kehadiran makhluk halus tersebut.
 
Mimpi Mencekam dan Upaya Bunuh Diri
 
Suatu malam, ia bermimpi didatangi oleh dua perempuan berwajah oriental yang mengajaknya melakukan perbuatan tidak senonoh. Dalam mimpi itu, ia juga melihat dua anak kecil terkapar bersimbah darah.
 
"Saya pun buru-buru loncat ke dekat pintu sel, saya ketakutan setengah mati," ujarnya.
 
Puncaknya, suatu malam ia merasa seperti dihipnotis untuk bunuh diri. Ia mengambil kain sarung dan melilitkannya di lehernya, berniat mengakhiri hidupnya.
 
"Secara spontan saya teringan dengan keluarga saya di luar sana, teringat anak saya yang masih kecil dan teringat istri saya," ujarnya. Ia pun tersentak dan membatalkan niatnya.
 
Kemanusiaan di Balik Jeruji Besi
 
Meskipun mengalami kejadian yang menakutkan, ia juga merasakan kebaikan dari para petugas jaga tahanan. Mereka memperlakukannya seperti keluarga, memberikan nasehat, dan mengajak ngobrol.
 
"Polda Aceh sangat baik dalam menjaga tahanan, petugas jaga tahanan sangat mengedepankan prinsip-prinsip kekeluargaan," pujinya.
 
Ia juga terharu dengan dukungan dari teman-temannya di luar penjara, yang silih berganti datang membesuk dan membawakan makanan.
 
"Terimakasih yang tak terhingga untuk ketua TA Khalid yang sudah membantu dari awal sampai akhir proses ini," ucapnya.
 
Hikmah di Balik Penjara
 
Setelah mendekam selama 15 hari, ia akhirnya dibebaskan dengan penangguhan penahanan. Pengalaman di penjara telah memberikan pelajaran berharga baginya.
 
"Mari kita terus memperbaiki diri kita agar lebih baik kedepan, hilangkan permusuhan, mari kita terus mempererat tali silahturrahmi sesama umat manusia," pesannya.
 
Kisah ini bukan hanya tentang misteri dan ketakutan di balik jeruji besi, tetapi juga tentang kemanusiaan, persahabatan, dan harapan di tengah keterbatasan.

Gemar Sport

Artikel Pilihan

×
Berita Terbaru Update