Notification

×

HIMPASAY dan TPA Yogyakarta Gelar Peringatan 21 Tahun Tsunami Aceh Dan Doa untuk Korban Bencana di Sumatera

Sabtu, 27 Desember 2025 | 11.08 WIB Last Updated 2025-12-27T04:10:01Z

 
Gemarnews.com, Yogyakarta --- Tsunami Aceh, yang terjadi 21 tahun lalu pada 26 Desember 2004, masih membekas dalam ingatan masyarakat Aceh dan dunia. Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Aceh-Yogyakarta (HIMPASAY), berkolaborasi dengan Taman Pelajar Aceh (TPA), menggelar peringatan momen tersebut pada Jumat malam (26/12) di Balee Gadeng Sagan. Peringatan tahun ini berbeda karena sekaligus diadakan doa bersama untuk musibah banjir dan tanah longsor yang terjadi di Sumatera, khususnya Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat. Acara ini dihadiri oleh masyarakat dan mahasiswa Aceh yang berdomisili di Yogyakarta dan sekitarnya.
 
Mengusung tema "21 Tahun Tsunami Aceh : Tafakkur Bencana, Tazkiyah Jiwa dan Doa Keselamatan", kegiatan diawali dengan zikir, tahlil, dan doa untuk para arwah syuhada tsunami Aceh serta korban bencana banjir dan tanah longsor. Sesi materi terkait mitigasi bencana disampaikan oleh Widodo, S.T., pegawai di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY, sebagai langkah preventif untuk mengetahui penanganan saat bencana terjadi. Provinsi Aceh, sebagai daerah paling Barat Indonesia, memiliki potensi lebih besar terhadap bencana seperti tsunami dan gempa bumi.
 
Widodo menjelaskan bahwa mitigasi bencana merupakan upaya mengurangi risiko dan dampak saat bencana terjadi. Bencana apa pun memiliki dampak yang mengancam kehidupan dan penghidupan masyarakat. Letak geografis Aceh berada di atas himpitan dua lempeng besar, yaitu lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia, yang membuat Aceh menjadi daerah rawan gempa bumi dan tsunami.
 
"Kemudian apa yang harus dilakukan tatkala terjadi gempa bumi? Kita bisa melakukan 3 langkah yaitu Drop (berlindung dengan menunduk), Cover (melindungi bagian belakang kepala) dan Hold On (berpegangan pada kolong meja). Selanjutnya jauhi daerah pantai karena kemungkinan air bisa naik dalam bentuk gulungan tsunami jika kekuatan gempa melebihi 7 SR," ujar Widodo.
 
Hadirin menyimak materi dengan antusias dan interaktif serta terlibat aktif dalam diskusi tanya jawab usai materi diberikan. Mewakili orang tua dan tokoh masyarakat Aceh di Yogyakarta, Tgk. Khaidir Hasan selaku Ketua Yayasan Meunasah Aceh menyampaikan nasihatnya kepada hadirin.
 
"Kami merasa bersyukur dan berterima kasih atas undangan dari adik-adik mahasiswa untuk acara tahunan ini. Tahun ini kita tak hanya memperingati tsunami Aceh namun juga kita menghadapi musibah banjir dan tanah longsor. Kami berpesan kepada adik-adik untuk terus menjaga tali silaturahmi di antara kita warga Aceh yang ada di Yogyakarta ini serta teruslah membuat kesan positif dan memberikan teladan yang baik untuk orang sekitar serta masyarakat", pesan Khaidir.
 
Kegiatan ditutup dengan foto bersama dan khanduri. Khanduri sendiri merupakan tradisi turun-temurun dimana kita menyantap hidangan makanan yang telah disiapkan secara bersama-sama sambil berdiskusi ringan. Tradisi khanduri ini mesti dirawat dalam upaya merekatkan tali silaturahmi antar sesama warga Aceh di perantauan.

Gemar Sport

Artikel Pilihan

×
Berita Terbaru Update