Notification

×

Iklan ok

Radiah Berharap Pemerintah Pidie Perhatikan Pengrajin Lokal

Senin, 03 Agustus 2020 | 21.35 WIB Last Updated 2020-08-03T14:43:25Z

Radiah (65 tahun), pengrajin Kupiah Tungkop di Gampong Rawa Tungkop, Pidie.


Gemarnews.com, Pidie - Sejak viral di dunia maya gerakan #SejutaKupiahTungkop belakangan ini yang berimbas pada banyaknya minat untuk mendapatkan Kupiah Tungkop membuat satu fenomena baru.


Gemarnews.com bersama Komunitas BT (Beulangong Tanoh) saat mendatangi kediaman Radiah, seorang pengrajin Kupiah Tungkop berusia 65 tahun di Gampong Rawa Tungkop, Pidie (Senin, 03/08/2020).


Wajahnya terlihat begitu sumringah saat kami tiba dikediamannya. Namun sesaat setelah menceritakan perihal Kupiah Tungkop, wajahnya menjadi murung, ini terjadi bukan tanpa sebab. Pasalnya, sejak banyaknya peminat Kupiah Tungkop dengan harga yang lebih murah, pesanan pengrajin lokal berkurang.


"Kami pasrah dengan keadaan sekarang," ujarnya.


Ia menjelaskan bahwa Kupiah Tungkop adalah warisan sejak zaman Aceh Darussalam sudah memakai Kupiah Tungkop tersebut.


"Kupiah ini adalah kebanggan bagi kita sejak zaman Kerajaan Aceh Darussalam pernah menggunakan motif seperti ini. Motif ini sudah di pertahankan turun-temurun," tambahnya.


Kehadiran Kupiah Tungkop versi pabrikan di pasaran dengan harga yang jauh lebih murah dan ekonomis menjadi pukulan bagi pengrajin lokal yang menjual di harga 300 ribuan.


"Kami menjual dikisaran harga 300 ribu, bagi kami itu tidak mahal jika dilihat dari proses pembuatannya yang menghabiskan 10-14 hari. Dalam sebulan paling hanya bisa menghasilkan dua Kupiah saja," imbuh Umi Radiah yang sudah menjadi pengrajin Kupiah Tungkop bertahun-tahun.


Pengrajin lokal ini berharap kehadiran pemerintah untuk mempatenkan warna, motif dan bahkan Kupiah Tungkop jika hal itu memungkinkan.


"Pemerintah selama ini tidak pernah kesini, padahal kami berharap agar pemerintah memperhatikan dampak yang di alami oleh pengrajin lokal, tapi harapan kami sia-sia. Malah kami dengar orang pemerintah juga memakai yang pabrikan, ini jelas semakin mempersulit kami pengrajin lokal," ungkapnya kecewa.


Radiah tidak mempermasalahkan versi pabrikan, asalkan menurutnya jangan mengunakan motif yang mereka gunakan turun temurun.


"Tidak masalah punya pabrik lebih laku, tapi jangan pakai motif kami, itu warisan dari kakek-nenek kita, kami minta pemerintah untuk merespon hal ini agar motif kami tidak di ambil orang luar, harusnya kita bangga karena hingga kini motif ini masih ada, tolong adek-adek sampaikan ke pemerintah," harap Radiah pengrajin Kupiah Tungkop berusia 65 tahun yang merasakan kekecewaan.

×
Berita Terbaru Update