Notification

×

Iklan ok

Perayaan Imlek Di Kota Syariah

Selasa, 01 Februari 2022 | 16.23 WIB Last Updated 2022-02-01T09:26:41Z


Gemarnews.com, Banda Aceh - Perayan tahun baru imlek 2573/2022, masyarakat Tionghoa yang beragama Budha di Banda Aceh, Provisi Aceh berlangsung tertip dan aman, dengan tetap mengikuti protokol kesehatan (prokes) pencengah Covid-19.


Perayaan hari raya imlek bertepatan pada malam selasa 1 Febuhari 2022, pereyaan ini selalu di lakukan oleh masyarakat Tionghoa, pada tahun ini berbeada dengan tahun kemare di awal covid 19, tahun lalu tidak banyak masyarakat yang mengikut perayaan karena covid 19, kalang yang berkujung banyak kaum anak muda. kata Yayasan Vihara Dharma Bhakti Gho Ching San atau Hasan di lokasi perayaan, Peunayong, Banda Aceh, selasa.


Ketua Vihara Dharma Bhakti Banda Aceh menjelaskan setiap momentum pergantian tahun baru imblek tepatnya pukul 00:00 WIB, pada jam tersebut akan ada seorang pria memukul goa dan lonceng itu pertanda sudah mulai dan masyarakat  pada waktu tersebut mulai berdatangan melakukan sembahyang dan berdoa sebagi rasa syukur terhadap rezeki yang telah diperoleh selama setahun yang lalu.


Untuk menjagan keamana Gegana penjinak bom polda Aceh juga turun tangan untuk menglihat benda yang mencurigakan seperti bom dan bahan peledak lainya di empat  titik Vihara di konta Bnada Aceh. 


Pihak personel polisi dari kepolisian resor kota Banda Aceh dari awal sebelum memulai acara sudah mengecek seluruh ruang Vihara agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diingikan dan meraka turut mengamankan atau berjaga-jaga di sekitar  area Vihara saat ratusan umat Thionghoa melakukan sembahyang secara bergantian. 


Menurut ketua Vihara, jumlah jamaah yang sembahyang di Vihara dalam perayaan Imlek tahun ini jauh lebih banyak dari pada tahun baru pada awal masa Covid 19. Dengan menglihat habisnya Hio dan juga banyak sekali kalang yang datang dari kalangan orang tua, anak muda, hingga anak-anak, perayaan ini juga di awasi oleh pihak satgas Covid agar memakai masker dan menjaga jarak. Kita berharap pandemi covid 19 segerah berakhir agar bisa beribadah seperti biasa, supaya tidak ada halangan untuk beribadah.


Pengujung yang datang bukan hanya dari  kalagan masyarakat Tionghoa saja tetapi banyak juga orang muslim yang datang menglihat acara perayaan hari raya Imlek dari kalang orang tua, anak muda bahkan anak-anak karena rasa penasaran bagaimana mereka melakukana ibadah atau sembahyang kata pengujung yang berhadir di Vihara.


Seorang ibu yang bernama Zulbaidah mengatakan kedatang dia ketempat Vihara karena rasa penasaran bagaimana mereka merayakan hari raya dan menglihat lilin raksasa, yang awalnya mengira itu petasan, karena menglihat dari jarak jauh, pada akhirnya pihak petugas Vihara mengatakan kalau ingin masuk untuk menlihat-lihat di perbolehkan.


Mawar seorang Mahasiswa UIN Ar-Raniry berhadir di tengah-tengah perayaan hari raya Imlek ingin cari tau bagaimana masyarakat Tionghoa merayakannya, katanya, masyarakat Tionghoa tidak melarang siapapun yang masuk untuk menglihat dan berfoto di vihara saat perayaan berlangsung. 


Yang awalnya mengira Aceh sangat tidak tolera atau tidak suka, itu tidak benar sama sekali karena hal ini saya berkujung ke perayaan hari raya masyarakat Tionghoa, dulu saya hanya bisa menglihat lewat media saat belum kuliah banyak hal negative yang saya dapat, momen sekarang saya mengambil kesempat untuk menglihat secara langsung. Tidak sedikit masyarakat diluar sana menglihat Aceh dari media buka secara langsung, akibat ini banyak sekali hal-hal negative yang di dapatkan.  


Padahal pada perayaan hari raya imlek masyarakat muslim juga berdatangan untuk menglihat bagaiaman pelaksaannya, hal ini mengambarkan begitu rukun masyarakat muslim dan non muslim yang ada di Aceh.


Dari sini bisa kita simpulkan bahwa masyarkat yang mayoritasnya islam di Aceh menerima masyarkat yang selain agama islam, ketua Vihara Dharma Bhakti mengatakan masyarakat Aceh sangat Toleran walaupun kami minoritas di Provisi Syariat islam, bahkan member tau kepada keluar atau kerabatnya yang ada di luar Aceh, bahwa tidak seperti yang di lihat di media.


Tolerasi di Kota Banda Aceh


Dalam kenyataan, masyarakat Aceh sangat toleran kepada masyarakat yang non muslim hal ini seperti yang di kata oleh ketua Vihara Dharma Bhakti yang sudah lama tinggal di kota Banda Aceh. Selama tinggal di Aceh tidak ada terkanan sama sekali dalam hal perkerjaan dan beribadah bahkan saling berkerja sama. Saat kami melakukan ibadah yang menjaga-jaga juga masyarakat muslim.


Aceh memang memiliki peraturan tentang syariat yaitu hukum adat. Hukum adat di Aceh tidak berlaku untuk masyarakat yang non muslim,  berita yang beredar tidak seperti itu di media sosial, melaikan sebaliknya. Berita yang tersebar di media sosial tidak komplik atau tidak secara detail tetapi secara sekilas saja. Akibat berita  yang beredar membuat orang luar mengira Aceh tidak toleran, tidak sedikit orang luar Aceh mengambil penilai dan referesi dari media-media ekstrem, Anehnya lagi infomasi seperti ini masyarakat Aceh sendiri tidak tau, malah sebaliknya orang luar yang lebih tau, hal-hal seperti ini yang membuat Aceh tidak toleran. 


Hukum adat hanya berlaku di Aceh, hanya untu orang Aceh sendiri, orang-orang yang non muslim juga diberikan pilihan dalam memilih hukuman. Memilih hukum secara KUHP atau hukuma syariat. Menurut saya hal ini sangatlah adil dan toleran bagi masyarakat yang non muslim. Jangan menglihat lewat media dan jangan menyebar berita yang tidak sesuai fakta, lebih baik mencari tau baru di seberkan dengan data-data yang jelas. (*)


Berita kiriman Musliadi, Mahasiswa UIN Ar-Raniry Banda Aceh


×
Berita Terbaru Update