Notification

×

Iklan ok

BPCB latih juru Pelihara Situs Cagar Budaya Di Aceh Utara

Kamis, 09 Juni 2022 | 11.28 WIB Last Updated 2022-06-09T04:28:25Z
Gemarnews com, Lhoksukon - Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB)  Aceh-Sumut melaksanakan pelatihan/pembinaan terhadap sejumlah juru pelihara yang ada di kabupaten aceh utara dan sekitarnya pelatihan bertempat di Hotel Diana, Lhokseumawe.

Acara tersebut diikuti oleh 55 orang peserta yang berasal dari Kabupaten Aceh Utara, Pidie, Pidie Jaya, Aceh Tamiang, Timur, Bireuen. 

Pelatihan tersebut merupakan yang pertama kali dilakukan untuk provinsi Aceh. Sebelumnya telah dilakukan pelatihan di beberapa tempat di Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Pelatihan dibuka oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Aceh Utara diwakili sekretaris dinas Razali S.Ag.,M.Pd Razali mengucapkan rasa terimakasih kepada BPCB yang telah memilih Aceh Utara sebagai tempat pelaksanaan kegiatan.

"Kami mewakili pihak Pemerintah Kabupaten Aceh Utara, khususnya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Aceh Utara menyambut baik dan berharap kegiatan serupa dapat terus dilakukan untuk meningkatkan kepedulian terhadap cagar budaya," harapnya.
Kepala BPCB Aceh-Sumut Drs. Nurmatias yang diwakili Dra. Hj. Dahlia MA mengatakan bahwa pelatihan tersebut bertujuan agar juru pelihara mengerti tata cara pemeliharaan cagar budaya.

"Kegiatan ini merupakan program dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Provinsi Aceh dengan Tujuan agar Jupel mengetahui tata cara pemeliharaan cagar budaya untuk menghindari kerusakan dan kehilangan informasi sejarah yg dimiliki serta untuk kebersihan agar situs cagar budaya tidak terlihat kumuh dankotor," ujarnya.

Materi perawatan cagar budaya batu nisan, disampaikan oleh Masnauli Butar Butar dari BPCB Aceh-Sumut.
Usai mendapatkan pembekalan materi, peserta mengikuti praktik pelestarian cagar budaya di situs kompleks makam Batee Balee yang merupakan situs kompleks makam Kesultanan Samudra Pasai periode ke-3 dimana didalamnya terdapat 11 makam Sultan.

"Pembersihan batu nisan menggunakan air serai dan sikat kain yang bertekstur lembut, untuk membersihkan lumut digunakan lidi diikat. Pembersihan batu nisan tidak boleh menggunakan bahan kimia karena rawan akan merusak zat-zat dalam batu dalam waktu yang lama," papar Masnauli.

Praktik pelestarian cagar budaya dilanjutkan di situs Rumah Pahlawan Nasional Cut Mutia di Gampong Mesjid Pirak Kecamatan Matangkuli. Di situs tersebut dilakukan praktik pemeliharaan kayu dengan menggunakan cairan air tembakau, cengkeh dan pelepah daun pisang kering dengan cara disemprotkan maupun dioles menggunakan kuas pada kayu. Tujuannya agar kayu awet dan terhindar dari rayap dan serangga pemakan kayu lainnya.
Ahli Ephigrafi yang juga kurator Museum Islam Samudra Pasai kepada Gemarnew.com mengatakan harapannya agar kegiatan pelatihan sejenis dapat dilakukan secara berkelanjutan.

"Alhamdulillah, kami mengucapkan terima kasih atas pelaksanaan pelatihan ini, kami jadi mengerti bagaimana cara merawat cagar budaya. Harapannya ke depan dilakukan pemeliharaan terhadap benda cagar budaya di tempatnya, ada tim untuk mengedukasikan cara perawatan artefak-artefak yang ada di museum juga," harapnya.

Sementara itu, Ir Nurliana NA, Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Aceh Utara yang membawahi pelestarian Budaya dan pengelolaan Museum Islam Samudra Pasai mengatakan bahwa pihaknya telah berupaya menjalankan kebijakan Pemerintah Kabupaten Aceh Utara dalam rangka melestarikan Cagar Budaya.

"Kita sudah melakukan upaya penyelamatan cagar budaya sejak tahun 2011 lewat ekspedisi bersama LSM Cisah dan saat ini sudah ada data 107 objek cagar budaya, yang terdaftar sedangkan objek yg ditetapkan baru 5 sesuai dengan jumlah rekomendasi TACB. disinilah kita membutuhkan TACB segera di bentuk di Aceh utara, mengingat petensi kesejarahan yang sangat banyak dan dengan kondisi rawan kehilangan / rusak, dan dalam hal ini saya sudah menyiapkan empat calon tenaga ahli, 2 dari Lsm Cisah, dan 2 dari akademisi. Setelah pelacakan dan penetapan, Kemudian kita lakukan tindakan perlindungan cagar budaya . 
Saat ini ada sekitar 39 org juru pelihara dibawah koordinasi bidang kebudayaan . Upaya lainnya yang kita lakukan adalah edukasi kepada masyarakat, pelajar dan mahasiswa yang berkunjung ke museum, mengenalkan sejarah kepada masyarakat luas," ungkapnya.

Dalam kegiatan ini ketua Lsm Cisah, Abd. Hamid, S.Si atau akrab disapa Abel Pasai juga ikut mendampingi praktikum ke lokasi, dia sangat mengapresiasi kegiatan ini, dan menurutnya ini sebuah langkah penting dalam memberikan pemahaman terhadap para jupel dalam upaya merawat situs di komplek mereka, karena yang sering terjadi selama ini banyak diantara kita yang masih menggunakan bahan-bahan kimia untuk membersihkan nisan, dan ini sangat tidak baik untuk ketahanan nisan.
Dan saya mengharapkan untuk para jupel yang telah mengikuti kegiatan ini agar dapat memberikan edukasi kepada masyarakat disekitar situs, karena jupel merupakan barisan terdepan dalam melakukan perlindungan terhadap situs sejarah. " tutupnya.(Red)



×
Berita Terbaru Update