GEMARNEWS.COM, TAKENGON – Wakil Ketua Dewan
Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Tengah H. Hamdan SH, memberikan apresiasi
setinggi-tingginya kepada tim pembuatan film Black Coffee yang mengambil lokasi
shoting di Takengon.
“Terimakasih kepada seluruh unsur, masyarakat, ulama, kru film
yang memberikan dukungan penuh terhadap pembuatan film ini.” Ungkap H. Hamdan
SH. (5/7/2025)
Kami
sangat mengharapkan kepada Masyarakat Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah
untuk menyaksikan penayangan film ini nantinya. Mari kita dukung produksi film
ini agar wisatawan akan lebih banyak lagi hadir di Kota Takengon dan Redelong.
Film
yang nanti dibintangi oleh Reza Rahadian
dan Sha Ine Febrianti, film ini bukan sekadar cerita tentang kopi, melainkan
tentang manusia yang belajar hidup dan mencinta dalam keterbatasan total: tanpa
cahaya, tanpa keturunan, dan tanpa keluhan.(KenNews.id)
Di
dunia yang penuh warna, Black Coffee justru memilih untuk bercerita dalam
nuansa gelap. Bukan gelap sebagai sesuatu yang menyeramkan, melainkan gelap
sebagai kenyataan hidup, sebagai ruang sunyi yang justru penuh makna.
Mengambil
latar di dataran tinggi Gayo, tepatnya di Aceh Tengah dan Bener Meriah, dua
daerah penghasil kopi terbaik di Indonesia. Black Coffee yang syukuran
produksinya telah dilakukan di Takengon, Jum’at, 04 Juli 2025 , dibuat
rencananya untuk mempertemukan penonton dengan pasangan suami istri yang
keduanya buta. Mereka hidup dari hasil bertani kopi di lereng-lereng sepi,
menanam dan memetik dengan tangan yang terbiasa meraba kehidupan tanpa bisa
melihatnya.
Namun yang paling menyesakkan sekaligus mengharukan dari film yang dibuat
berdasarkan kisah nyata ini, bukan hanya karena mereka tidak bisa melihat,
melainkan karena mereka tak pernah merasa kehilangan. Tak memiliki anak,
tinggal jauh dari keramaian, dan hidup dari kopi yang tak pernah mereka lihat
warnanya, namun mereka bisa merasakan dan memilih kopi yang matang, pasangan
ini tetap utuh. Dalam kegelapan yang mutlak, mereka menemukan cahaya, yang
bukan berasal dari mata, melainkan dari hati.
Reza Rahadian merupakan aktor papan atas dan peraih piala citra yang nantinya
berperan sebagai seorang warga Gayo, Onot, menyebutkan mau ikut terlibat dalam
proyek film ini, salah satunya karena film ini disutradarai oleh Sutradara
kawakan, Jeremias Nyangoen
“ Berdasarkan
riset yang dalam. “Butuh waktu yang lama dan riset yang mendalam sebelum film
ini diproduksi,” kata sutradara peraih piala Citra tersebut.
Black
Coffee adalah potret realitas yang nyaris tak terdengar suaranya, bagaimana cinta bisa hidup dalam kesunyian,
dan bagaimana manusia bisa tetap berdaya bahkan saat seluruh dunia tampak
gelap.
Reza Rahadian, aktor yang selalu total dalam setiap peran dan juga aktor peraih
piala Citra, tampil sebagai Onot, seorang pria buta, sementara Sha Ine
Febrianti, berperan sebagai Rabiah, istri yang juga buta. Keduanya bukan hanya
berperan, tetapi hidup sebagai tokoh, menjadi sepasang manusia yang menggenggam
sisa-sisa terang dalam gulita yang panjang.
Black Coffee
menurut Produser dari Perusahaan Film Heart Pictures, Ina Marapati, akan banyak
menampilkan kekhasan Gayo, seperti puisi dan didong.
Menurut Ina Marapati, Film ini lebih dari sekadar film tentang kopi, Black Coffee adalah refleksi tentang keberanian untuk
hidup. Sebuah puisi dan didong visual dari tanah Gayo yang sunyi namun pekat
akan makna. Sebuah kisah tentang dua orang buta yang justru mengajari kita cara
melihat.
Film yang
mengisahkan tentang sepasang suami istri yang menemukan segalanya dalam
kegelapan.
“Ada satu scene yang sangat luar biasa, saya sebagai Rabiah dimarahi, adik saya
menganggap saya tidak bisa merasakan susahnya merawat anak karena saya tak
memiliki keturunan,” kata Sha Ine Febrianti yang memerankan Rabiah yang
menceritakan tentang salah satu peran yang paling menantang nantinya dalam film
tersebut. (red/KenNews.id)