Gemarnews.com, Banda Aceh – Majalah Suara Muhammadiyah kembali meraih prestasi membanggakan di tingkat nasional. Setelah sebelumnya menerima penghargaan dari Serikat Perusahaan Pers (SPS) sebagai “Salah Satu Majalah Tertua di Indonesia,” kini Suara Muhammadiyah kembali dianugerahi Media Brand Awards 2025.
Penghargaan bergengsi ini diserahkan pada puncak peringatan HUT ke-79 Serikat Perusahaan Pers (SPS) yang diadakan di Anjong Mon Mata Banda Aceh, Kecamatan Baiturrahman, Kota Banda Aceh, pada Senin, 20 Oktober.
Direktur Utama PT Syarikat Cahaya Media/Suara Muhammadiyah, Deni Asy’ari, hadir langsung untuk menerima penghargaan di hadapan para tamu kehormatan yang terdiri dari gubernur, wali kota, perwakilan perbankan, dan ratusan insan media. Turut hadir pula Ketua SPS Aceh, Mukhtaruddin Usman.
Ketua Umum SPS Pusat, Januar P. Ruswita, menjelaskan bahwa SPS, yang awalnya bernama Serikat Penerbit Suratkabar, berdiri pada tahun 1946 di Yogyakarta. Pada tahun 2010, organisasi ini bertransformasi menjadi Serikat Perusahaan Pers dengan tetap menggunakan singkatan SPS.
Januar menambahkan bahwa SPS kini menaungi 604 media, dengan sebagian besar merupakan media cetak. Ia mengapresiasi media yang mampu menjaga dan mengembangkan brand-nya, seperti Suara Muhammadiyah, yang konsisten menghadirkan produk jurnalistik yang sehat dan berkualitas. Suara Muhammadiyah dinilai sebagai contoh nyata media yang mampu menjaga eksistensi secara berkelanjutan.
Direktur Utama Suara Muhammadiyah, Deni Asy’ari, menyampaikan rasa syukur dan terima kasih atas penghargaan tersebut kepada SPS, seluruh warga Persyarikatan Muhammadiyah, dan pelanggan setia Majalah Suara Muhammadiyah.
Deni menambahkan bahwa Suara Muhammadiyah menjadi satu-satunya media milik Persyarikatan Muhammadiyah yang menerima penghargaan nasional tahun ini, terpilih sebagai salah satu dari tujuh media nasional papan atas yang meraih predikat Media Nasional Terbaik 2025.
Ia mengajak seluruh warga Muhammadiyah dan masyarakat luas untuk terus mendukung keberlangsungan majalah tersebut, menjaganya sebagai satu-satunya media tertua yang tetap eksis di Republik ini. pungkasnya.
Pewarta : Adipatra Kenaro Wicaksana
