Notification

×

Iklan ok

Kurikulum Yang Menggerakkan

Minggu, 27 Februari 2022 | 11.33 WIB Last Updated 2022-02-27T04:33:57Z
Dok.foto : Indar Cahyanto



GEMARNEWS.COM , OPINI - Kurikulum yang menggerakkan begitulah kira-kira yang harus disematkan untuk diterapkan Kurikulum Merdeka pada tahun 2022 ini. Bukanlah menjadi beban untuk guru, peserta didik, orang tua serta komunitas yang bergerak dalam pendidikan. Kurikulum yang menjanjikan dalam rangka pengembangan kompetensi peserta didik dan guru dalam proses kegiatan pembelajaran dalam kelas.

Sesuai dengan namanya Kurikulum Merdeka yang harus mampu menjadi sumber inspirasi kreatif dan inovatif dalam pengembangan pendidikan di Indonesia. Artinya kurikulum ini mampu untuk dilaksanakan dan diaplikasikan oleh para pendidik atau guru di seluruh Indonesia. Dan semua guru dapat paham dengan apa yang dikehendaki dalam kurikulum merdeka ini.

Dalam buku saku Tanya jawab Kurikulum Merdeka dijelaskan bahwa kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik. Projek untuk menguatkan pencapaian profil pelajar Pancasila dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah. Projek tersebut tidak diarahkan untuk mencapai target capaian pembelajaran tertentu, sehingga tidak terikat pada konten mata pelajaran.

Artinya Kurikulum Merdeka ini memberikan penguatan kepada penguatan profil pelajar Pancasila dalam pengembangan karakter peserta didik. Dan guru dapat merdeka dalam menerapakan konten pembelajaran yang di terdapat dalam Capaian Pembelajaran. Dengan menerapkan metode pembelajaran Project Based Learning dalam penguatan pembentukan karakter pelajar Pancasila.

Dalam Keputusan MENDIKBUDRISTEK NOMOR 56/M/2022 Tentang Pedoman Penerapan Kurikulm Dalam Rangka Pemulihan Belajar dijelaskan Struktur Kurikulum Merdeka merupakan pengorganisasian atas capaian pembelajaran, muatan pembelajaran, dan beban belajar. Pemerintah mengatur muatan pembelajaran wajib beserta beban belajarnya. Satuan pendidikan dan/atau pemerintah daerah dapat menambahkan muatan lokal dan muatan tambahan sesuai kebutuhan dan karakteristik satuan pendidikan dan/atau daerah.

 Pembelajaran dibagi menjadi 2 (dua) kegiatan utama, yaitu pembelajaran intrakurikuler dan projek penguatan profil pelajar Pancasila. Projek penguatan profil pelajar Pancasila merupakan kegiatan kokurikuler pada Kurikulum Merdeka
Pembelajaran proyek based learning dalam penguatan pengembangan profil pelajar Pancasila diharapkan dapat terbentuknya karakter peserta didik yang Pancasilais, bermoral dan berakhlak mulia. Penekanan pembelajaran Project-based learning dan didasarkan pada kebutuhan peserta didik dengan menekankan kualitas materi diharapkan dapat berfungsi secara maksimal dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar. Pembelajaran PBL ini peserta didik diharapkan terlibat langsung dalam membuat suatu proyek tentang nilai-nilai Pancasila dalam masyarakat dalam bentuk tulisan, video atau dalam bentuk seni.

Memang penggunaan model proyek based learning secara tersirat dapat meningkatkat kreatifitas dan inovasi peserta didik dalam mengembangkan konten pembelajaran. Ada hal yang paling penting selain peserta didik yaitu kreatifitas dan inovasi guru sebagai pendidik sebagai fasilitator pembelajaran. Guru harus dapat menngembangkan kreatifitas berfikirnya dan pola pengajarannya dalam kelas. Guru menjadi merdeka dalam mengembangkan inovasi pembelajaran yang dituangkan dalam pencapaian pembelajaran. 

Kurikulum Merdeka juga diharapkan sesuai namanya dalam pembuatan Alur Tujuan Pembelajaran juga menjadi sederhana, seperti penggunaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran satu lembar. Tak ada yang beda ketika dalam pembuatan administrasi pembelajaran dan assesmen seperti yang sudah didapatkan pada kurikulum 2013. Tinggal fiolosofi dan penguatan pembelajar dari guru untuk mengembangkan kompetensi pedagogiknya, Guru tak lagi terbebani dalam pembuatan alur tujuan pembelajaran dan masalah yang ada dalam dapodik mensyaratkan 24 jam pembelajaran. 

Bahagia Belajar 

Diambil dari buku Psikologi Postif karya Dr. Sunedi Sarmadi, M.Pd.I. Beliau menjelaskan penadapat Seligman, ada tiga cara untuk membangun kekuatan positif manusia, yakni; pertama, have a pleasant life (life of enjoyment). Di sini seseorang musti memiliki hidup yang menyenangkan, dapatkan kenikmatan sebanyak mungkin. Ini mungkin cara yang ditempuh oleh kaum hedonis. Tapi jika ini cara yang kita tempuh, hati-hati dengannjebakan hedonic treadmill (semakin kita mencari kenikmatan, semakinnkita sulit dipuaskan) dan jebakan habituation (kebosanan karena terlalu banyak,  Kedua, have a good life (life of engagement). Dalam bahasa Aristoteles disebut eudaimonia, terlibatlah dalam pekerjaan, hubungan atau kegiatan yang membuat kita mengalami “flow”. merasa terserap dalam kegiatan itu, seakan-akan waktu berhenti bergerak, kita bahkan tidak merasakan apapun, karena sangat “khusyu’”. fenomena ini diteliti secara khusus oleh rekan Seligman.

Ketiga, have a meaningful life (life of contribution). Pada sisi ini manusia harus memiliki semangat melayani, berkontribusi dan bermanfaat untuk orang lain atau makhluk lain. Merasa hidup kita memiliki “makna” yang lebih tinggi dan lebih abadi dibanding diri kita sendir
Secanggih apapun kurikulumnya ketika model pembelajaran dalam kelas tidak berubah dan tidak memiliki makna maka yang ada kurikulum menjadi usang dan tak berguna. Kelas menjadi mati suri karena pelaksanaan pembelajarn tidak berkembang sesuai harapan kurikulum. Kelas menjadi cerita yang tak menyenangkan buat peserta didik dalam pengembangan karakter, kognitif dan psikomotor. Suasana pembelajaran satu arah dan monoton memberikan dampak kejenuhan yang akan ditimbulkan dari peserta didik.

Bahagia belajar berarti kelas menjadi terbuka, kreatif dan inovatif dalam kegiatan belajar mengajar. Guru dapat menjalankan model pembelajaran yang di buatnya dengan penuh kemerdekaan dan rasa bahagia tak ada unsur keterpaksaan dan terpaku terhadap materi bahan ajar. Begitu juga sebaliknya peserta didik juga bahagia dengan proses pembelajaran yang dijalani di dalam kelas. Peserta didik lebih banyak diberikan gerak dalam belajar dalam memanfaatkan imajinasinya, memanfaatkan nalar kritisnya dalam mengkaji suatu tema masalah yang ada dalam kompetensi dasar.

Peran sekolah yakni kepala sekolah pun dalam hal harus memberikan penguatan yang positif dan proses kenyamanan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kepala Sekolah beserta seluruh dewan guru dan tenaga kependidikan memiliki andil dalam membangun sekolah yang berkarakter Pancasila. Kepala sekolah menjadi penggerak dan teladan dalam penerapan Kurikulum Merdeka nantinya. Karena yang dibangun dalam muatan peraturan pemerintah berkaitan dengan pembinaan karakter pelajar Pancasila.

Komponen sekolah mulai dari pimpinan sekolah, guru, peserta didik dan tenaga kependidikan harus merasa bahagia dalam proses kegiatan belajar mengajar. Ketika ada rasa bahagia maka disitu tersimpan hakikat dari esesnsi kurikulum merdeka. Merdeka dalam membangun dan mengembangkan program sekolah yang berkemajuan dan guru dapat mengembangkan model pembelajaran dalam kelas serta peserta didik dapat belajar menggerakan kemampuannya untuk mengeluarkan ide dan gagasannya.

Dalam bukunya Yudi Latif berjudul Air Mata keteladanan Pancasila dalam perbuatan dijelaskan bahwa. Buku ini memberikan suatu pemahaman baru dalam melakukan aktualisasi terhadap pengalaman nilai-nilai Pancasila. Penerapan aktualisasi Pancasila yang di contohkan para pendiri bangsa dan tokoh bangsa dalam merespon setiap persoalan kebangsaan disikapi dengan rasa toleransi dan menghormati dalam perbedaan pandangan.

Nilai-nilai Pancasila yang akan dikembangkan dalam kurikulum merdeka harusnya memberikan suatu pemahaman yang utuh dengan semangat kebangsaan dan kebersamaan. Nilai-nilai pancasila perlu diejawantahkan oleh guru dan kepala sekolah dalam merefleksikan pembelajaran ke peserta didik. Nilai narasi Pancasila bukan hanya symbol pembelajaran semata dalam pembelajaran di kelas tapi harus menjadi nilai karakter untuk seluruh warga sekolah.

Anggi Afriansyah dalam bukunya imajinasi, problematika dan kompleksitas wajah pendidikan Indonesia menjelaskan bahwa peserta didik harus diberikan ruang besar untuk menafsirkan Pancasila dengan bahasa yang mereka mudah pahami. Pancasila dalam bahasa dan laku yang lebih gaul konteks yang lebih kiwari. Elaborasi dalam proses pembelajaran perlu terus digali dan dengan pendekatan realitas kebangsaan dan kehidupan yang nyata.

Dalam pembelajaran keterlibatan peserta didik dioptimalkan dengan penggunaan proyek based learning dimana peserta didik dapat merancang dan berdiskusi dalam membuat tugas proyek yang bertemakan Karakter Pancasila. Keterlibatan peserta didik lebih dominan ketimbang guru dalam membangun gagasannya dalam pembelajaran tugas proyek Pancasila.

Sekolah pun dapat membangun program seminggu sekali untuk belajar di luar kelas untuk mengaji bersama, makan bersama, olahraga bersama dan Upacara bendera. Penguatan pembelajaran di luar kelas pun perlu dioptimalkna sehingga warna karakter pancasila akan mudah muncul dari peserta didik. Waktu yang sebentar tapi dibangun dengan rasa kebersamaan dan kenyamanan maka timbul kesadaran dari peserta didik untuk mengembangkan karakternya.

Membangun kebahagian dalam pembelajaran terus diwujudkan dalam membangun karakter pelajar Pancasila. Menurut Dr. Sunedi Sarmadi, M.Pd.I Ketika seseorang sering membantu atau memberikan pertolongan antar sesama manusia, maka ia memperoleh kenikmatan menerima dan merasa ditolong. Saat memaafkan, ia merasa dimaafkan. Saat memberi harapan, ia merasa penuh harapan. Saat mencintai orang lain, ia merasa lepas dari keraguan yang menghambat perkembangan jiwa. Saat berbagi kesedihan dengan orang lain, ia merasa bahagia. Penilaian mengenai kebahagiaan yang dirasakan oleh setiap individu merupakan hal terpenting yang perlu diperhatikan dalam kajian tentang kebahagiaan.

Pembelajaran diarahkan untuk membangun rasa kebahagian antara guru peserta didik tanpa ada rasa tekanan apapun. Khoiruddin Bashori dalam tulisan opini merawat rasa bahagia beliau merujuk penjelasan Emmons (2007) beberapa cara untuk dapat melatih diri agar kita lebih mudah bersyukur. Pertama, biasakan menulis jurnal rasa syukur (keep a gratitude journal). Ditulis dalam blog, buku harian ataupun media lainnya yang mengungkapkan rasa senang jika peserta didik berhasil dalam pendidikannya, senang dengan keberhasilan yang diperoleh oleh peserta didik. Senang dengan keberhasilan dari rekan sejawat dalam mengembangkan pembelajaran sehingga memproleh prestasi
Kedua, menulis surat ucapan terima kasih atau surat rasa syukur kepada seseorang yang telah memberikan pengaruh positif dalam kehidupan (write a gratitude letter). Di era digital, surat ucapan terima kasih dapat dituliskan melalui berbagai platform media sosial yang tersedia. Menuliskan ungkapan rasa terima kasih, tidak saja menyenangkan hati penerima, tetapi juga bagi penulisnya sendiri. 

Ketiga, menghitung sebanyak mungkin berkah pada saat melakukan aktivitas (do a gratitude walk). Ini yang dalam bahasa agama disebut mampu menyebut setiap karunia yang diterima (tahadduts bi al-ni’mah). Di saat kita menikmati indahnya alam semesta (tadabbur ‘alam), ucapkan rasa terima kasih kepada Tuhan dan juga kepada siapa pun yang telah bersedia merawat semesta dengan sepenuh jiwa. Kemampuan mengenali anugerah dalam setiap langkah akan menumbuhkan rasa syukur yang membahagiakan. Hidup terasa penuh berkah.

Keempat, mengucapkan terima kasih kepada siapa saja yang telah membantu kita (thanks everyone for everything practice). Tunjukkan penghargaan kepada orang-orang yang melakukan kebaikan. Katakan, "Saya belajar banyak dari Anda..." atau "Terima kasih pencerahannya...." Ucapan terima kasih dapat pula diwujudkan dalam bentuk perilaku baik kepada sesama. Misalnya, pegang daun pintu agar tetap terbuka untuk siswa di belakang kita. Atau, katakan kepada keluarga dan sahabat bagaimana perasaan kita kepadanya. Jika kita mengatakannya dengan tulus, pada saat yang tepat, meski sederhana, itu sudah lebih dari cukup. "Terima kasih, telah bersedia membaca tulisan ini!" 

(Sumber: https://mediaindonesia.com/opini/453253/merawat-rasa-bahagia)

Pendidikan yang memerdekan
Ki Hajar Dewantara menjelaskan maksud pengajaran dan pendidikan yang berguna untuk kehidupan bersama adalah memerdekakan manusia sebagai anggauta persatuan (rakyat). Pengaruh pengajaran itu umumnya memerdekakan manusia atas hidupnya lahir, sedang merdekanya hidup batin terdapat dari pendidikan.

Pendidikan merupakan terbangunnya nilai dan tempat merusmuskan ide dan gagasan dalam bergerak. Pendidikan merupakan pintu mengembangkan diri secara terbuka dan tanpa ada pesan tekanan pengaruh dari luar dirinya. Proses pendidikan merupakan penyadaran diri seorang manusia yang memiliki kekurangan dan kesalahan dalam giat hidupnya. Sehingga akan terbangun suatu konsep manusia pembelajara sepanjang hayat.

Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah itulah perkataan Ki Hajar Dewantara Artinya setiap orang mampu menjadi seorang guru bagui anak-anaknya atau keluarganya yang berada dalam lingkungan rumah tangga..Karena guru merupakan pekerjaan yang mulia disisi Allah dan Rosulnya dalam membangun karakter dan mengembangkan keilmuan.
Proses pendidikan tak lepas dari peran serta seorang guru yang melakukan transformasi ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Seorang guru harus memiliki sifat Al-Gazâlî menyebut beberapa sifat yang harus dipenuhi guru, yaitu: 
(a)kasih sayang dan lemah lembut; 
(b) tidak mengharap upah, pujian, ucapan terima kasih atau balas jasa ; 
(c) jujur dan terpercaya bagi murid-muridnya; 
(d) membimbing dengan kasih sayang, tidak dengan marah ; 
(e) luhur budi dan toleransi; 
(f) tidak merendahkan ilmu lain di luar spesialisasinya; 
(g) memperhatikan perbedaan individu; dan 
(h) konsisten. 

Paling tidak ketika itulah sifat seorang guru dalam melaksanakan pendidikan yang memerdekakan. GURU DALAM PERSPEKTIF ISLAM Mohammad Kosim . http://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/tadris/article/view/223/214
Konsep jiwa merdeka ini selaras dengan filsafat progresivisme terhadap kebebasan untuk berpikir bagi anak didik, karena merupakan motor penggerak dalam usahanya untuk mengalami kemajuan secara progresif. Anak didik diberikan kebebasan berpikir guna mengembangkan bakat, kreatifitas dan kemampuan yang ada dalam dirinya agar tidak terhambat oleh orang lain. 

visi pendidikan masa mendatang dari Ki Hadjar Dewantara. Visi pendidikan masa mendatang Ki Hadjar Dewantara adalah mengembangkan kemerdekaan siswa dengan sintesis pendidikan cipta, rasa, karsa dan konstruksi semangat nasionalisme melalui pendidikan. Pembelajaran yang ideal menurut Ki Hadjar Dewantara dalam proses pendidikannya adalah menjadikan siswa sebagai subyek belajar. Siswa dijadikan subyek dalam belajar dengan tujuan membangun kesadaran kritis siswa untuk membentuk manusia yang merdeka. Kemerdekaan itu bersifat mampu berdiri sendiri (zelfstanding), tidak tergantung kepada orang lain (onafhankelijk), dan dapat mengatur dirinya sendiri (vrijheid, zelfbeschikking).

Dalam pendidikan beberapa macam kebebasan atau memerdekakan dalam proses pendidikan menurut John Dewey: pertama, kebebasan berpikir artinya tidak ada yang menghalangi pikiran bekerja. Kerja pikiran ada di otak, oleh karena itu tidak ada satu kekuatan apapun yang bisa menghalangi seseorang untuk berfikir. Kedua, kebebasan intelegensi yaitu kebebasan untuk melakukan observasi dan pertimbangan yang dilakukan atas nama sejumlah tujuan yang pada hakikatnya berharga. Ketiga, kebebasan berbicara (menyampaikan pendapat). Keempat, kebebasan bergerak (bertindak dalam eksperimen). Memerdekakan Siswa Melalui Pendidikan:
Relevansi Konsepsi Pemikiran Pendidikan Ki Hadjar Dewantara Fattah Amal Iko Rusmana http://repository.unj.ac.id/724/4/Memerdekakan%20Siswa%20Melalui%20Pendidikan%20%28Jurnal%29.pdf
Usaha memerdekakan Pendidikan harus dimulai dari ruang-ruang kelas dengan menghidupkan Kembali ekosistem sekolah. Tidak ada kelas dipembelajaran jarak jauh, tidak ada sekolah di belajar dari rumah (BDR) itu, tidak ada panutan dan contoh teladan di pembelajaran online/ daring itu. Tidak ada kemerdekaan pendidikan di kebijakan masa pandemi ini. Pendidikan selama masa Pandemi ini terbelenggu dan jauh dari kemerdekaan. Pendidikan harus menghantarkan anak untuk terbebas dari belenggu dan kekerasan. 

Memerdekakan pendidikan harusnya memberikan anak kemerdekaan untuk belajar Memerdekakan pendidikan adalah memberikan kemerdekaan bagi sekolah dan guru untuk menyiapkan lingkungan belajar yang dapat menghadirkan kemerdekaan anak untuk berkembang sesuai dengan kodratnya, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat serta siap untuk hidup di zamannya di masa yang akan dating. 

https://duniapendidikan.id/opini/15/08/2021/memerdekakan-pendidikan. 

Penutup

Pendidikan haruslah membuka ruang baru yang merdeka bagi peserta didik untuk melakukan ekspresi pembelajaran. Rasa bahagia perlu diciptakan sebagai ruang batin terciptanya keselearasan dalam berinteraksi dalam kelas. Terciptanya belajar sepanjang hayat perlu diwujudkan secara massif dan konsisten sebagai bagian pengembangan karakter diri.
Perubahan dalam mendorong pola pikir yang terbuka dalam ruang kelas butuh inovasi dan kreatif dari guru yang mengajar dalam kelas. Mengajar dengan hati dan di dorong rasa empati akan mendorong peserta didik akan termotivasi dalam belajar di kelas.  
 
Penulis : Indar Cahyanto
Pekerjaan : Guru SMAN 25 JAKARTA
Organisasi : APKS PGRI PROVINSI DKI JAKARTA .
ASOSIASI GURU SEJARAH INDONESIA 
Blog : https://ciracas58.blogspot.com/
Facebook / Instragram : Indar Cahyanto 

×
Berita Terbaru Update